REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pasar modal tetap kuat, begitu penilaian Kepala Riset E-Trading Securities Betrand Raynaldi . Investor asing masih bersikap wait and see kebijakan pembatasan dan pengendalian BBM subsidi yang diwacanakan pemerintah pada Mei tahun ini.
Pada Maret lalu misalnya, saat pemerintah berencana menaikkan harga BBM subsidi Rp 1.500 per liter, kekhawatiran dampak negatif pada kegiatan ekonomi di Indonesia tak terjadi. Terbukti, indeks harga saham gabungan (IHSG) semakin membaik.
Pada penutupan akhir pekan lalu, bursa saham Indonesia ada di level 4.163,98 pada perdagangan Jumat (27/4). Adapun volume perdagangan sebanyak 7,3 miliar saham senilai Rp 7,08 triliun.
Pasar modal, kata Betrand, masih terus berpeluang untuk tumbuh. Sebab, ekonomi makro nasional terus membaik, seperti optimisme pemerintah pertumbuhan ekonomi di atas enam persen, stabilisasi Sertifikat Bank Indonesia (SBI), investment grade, dan proyeksi inflasi yang masih normal.
Menurut dia, salah satu kunci pemerintah harus mampu mengendalikan BBM subsidi yang selama ini memboroskan anggaran. "Harga minyak tinggi akan berpengaruh pada pendapatan dan profitabilitas pelaku pasar," katanya memberi alasan.
Ia mencontohkan sektor penerbangan, setiap kenaikan satu persen harga minyak dunia berpengaruh negatif pada penerbangan.