REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Rencana pemerintah menaikkan harga BBM dari Rp 500 hingga Rp 1.500 per liter ditanggapi dingin oleh sebagian masyarakat. Mereka menilai, opsi pembatasan subsidi lebih baik daripada kenaikan harga.
Seorang petugas SPBU di Jalan Dadali, Tanah Sareal, Bogor, Andi (36 tahun) mengatakan, sejatinya ia kurang setuju dengan rencana kenaikan BBM. Ia menilai harga yang diterapkan sekarang pun sudah cukup tinggi.
Namun, jika memang harus dinaikkan, ia lebih memilih opsi kenaikan Rp 500 per liter dirasanya lebih terjangkau oleh masyarakat. "Kalau dinaikkan terlalu tinggi, kasihan mobil-mobil angkutan umum," kata dia, Rabu (22/2).
Hal senada diungkapkan seorang pengguna kendaraan roda dua, Suherman (40 tahun). Menurut dia, apabila harus dinaikkan, maka idealnya harga BBM tidak lebih dari Rp 5 ribu per liter. "Supaya hitungannya genap dan enak," ujarnya.
Harga Rp 5 ribu per liter ini, lanjut dia, juga dapat mengurangi praktek pengembalian uang yang tidak sesuai jumlah. Suherman mengaku kerap kali sisa uang pembayaran pembelian bensin tidak dikembalikan oleh petugas sebagaimana mestinya. "Kadang masih ada kembalian sampai Rp 1.000 tidak diberikan. Kalau harganya genap kan, kita juga enak bayarnya."