REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG-- Pengamat ekonomi Undip, Nugroho SBM, meragukan penurunan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menjadi enam persen bisa memacu sektor riil bergerak lebih kencang. Sebab selama ini perbankan sulit menurunkan bunga kredit pascapemangkasan BI "Rate".
"BI punya pertimbangan sendiri. Perbankan pun memiliki respons sendiri atas penurunan bunga acuan. Keduanya tidak selalu berjalan linear," kata Nugroho, ekonom Universitas Diponegoro Semarang ketika dihubungi dari Semarang, Jumat.
Menanggapi kebijakan BI yang menurunkan bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi enam persen, dosen Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Undip itu menyatakan pesimistis penurunan bunga acuan akan diikuti dengan penurunan suku bunga pinjaman perbankan.
Secara teoritis, katanya, seharusnya penurunan bunga acuan BI akan menurunkan bunga kredit, yang pada gilirannya akan mendorong investasi dan berderapnya sektor riil yang membutuhkan dukungan dana murah.
Akan tetapi, kata Nugroho, banyak bank menemupuh jalan aman dengan lebih banyak mengucurkan kredit konsumsi. Kondisi ini kian menambah sulit perbankan memotong bunga karena kredit konsumsi memang menjadi salah satu pos pendapatan penting bank.
Pengalaman selama ini menunjukkan perbankan masih yakin kredit mereka tetap terserap meski berbunga tinggi, terutama di sektor konsumsi. "Bank lebih suka menyalurkan kredit konsumsi karena selain memperoleh bunga tinggi, risiko macetnya juga rendah," katanya.