Rabu 21 Sep 2011 18:47 WIB

Proyeksi IMF Bisa Saja Keliru tentang Perekonomian Indonesia

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Krisman Purwoko
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mengutip laporan World Economic Outlook edisi September 2011, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 6,3 pada tahun ini dan 6,3 persen di 2012. Proyeksi IMF tersebut lebih rendah dibandingkan target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah Indonesia sebesar 6,5 persen di tahun ini dan tahun depan. 

 

Menanggapi ramalan IMF tersebut, Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, mengatakan ramalan itu bisa saja keliru. "Banyak yang meramal seperti itu, beberapa kali banyak yang keliru. Ada yang memperkirakan perekonomian kita melambat, (tetapi) masukan itu kita cermati, jangan buat kita menjadi gamang," kata Hatta kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/9). 

Laporan IMF menjelaskan perekonomian global saat ini berada dalam fase baru yang berbahaya. Untuk itu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan moderat di kisaran empat persen pada 2012, turun dibandingkan 2010 yang lebih dari lima persen. 

Menyikapi ramalan IMF, Hatta, menuturkan pemerintah akan terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dalam negeri agar tidak  menurun. Salah satu langkah penting yang dilakukan yaitu menjaga daya beli masyarakat. "Keep buying itu dalam arti menjaga inflasi. Jaga daya beli, supply harus dijaga mencukupi dalam harga stabil," ujar Hatta. 

Selain itu, kata dia, pemerintah juga harus mendorong agar pasar dalam negeri tetap stabil. Begitu juga dengan kegiatan produksi di tanah air tidak berhenti. Mekanisme tersebut, ujar Hatta, perlu dijaga mengingat pertumbuhan ekonomi negara Eropa tengah volatile. 

"Makanya mesin produksi tidak boleh berhenti, market dalam negeri harus kita push, purchasing power dijaga, dan tata niaga diprbaiki. Ini salah satu hal penting," lugas Hatta. 

Namun, ia menekankan agar kita tidak perlu dirundung kepanikan lantaran kondisi volitile yang tengah terjadi di tingkat global. "Percaya diri, tetapi waspada. Anda tahu kalau waspada kita selalu respon setiap potensi, jangan katakan merespon setelah terjadi. Tapi merespon setiap potensi yang menyebabkan gangguan perekonomian kita dengan menyiapkan instrumennya," lugas Hatta. 

Pasar modal Indonesia, imbuhnya, saat ini juga termasuk yang terbaik di kawasan Asia Pasifik. Kondisi fluktuasi yang tengah terjadi saat ini menurut Hatta lebih karena efek negatif gejala global, bukan khas pasar modal Indonesia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement