REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA - Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi mengatakan pemerintah tahun 2011 bisa melakukan impor beras bila pasokan beras dalam negeri tidak dapat diandalkan. Kemungkinan itu diungkapkan Bayu, seusai konferensi pers acara "Indonesian International Cocoa Conference and Dinner 2011" di Nusa Dua, Bali, Kamis (7/7).
"Karena yang paling penting bagi kita, pemerintah harus sudah punya stok beras. Kalau memang diperlukan dan kalau situasinya memang tidak memungkinkan dan tidak bisa mengandalkan dalam negeri, ya kita impor," katanya.
Kondisi pasokan beras yang kurang baik akibat cuaca yang tidak menentu saat ini, menurut Bayu, sedang dirasakan. Sehingga pemerintah akan berupaya untuk menjaga stok dalam negeri.
"Tapi tentu kita akan melakukannya dengan sangat hati-hati. Termasuk bahwa impor itu untuk memperkuat stok. Kita akan tunggu saja bagaimana. Tapi opsi untuk impor tetap akan kita buka," imbuhnya.
Bayu menjelaskan, terdapat tiga hal yang mendasari pemerintah untuk melakukan impor, yakni pergerakan harga beras, kondisi produksi beras, dan pengadaan stok. Bayu mengatakan, di Indonesia saat ini masih ada stok 1,6 juta ton beras, sementara raskin dalam setiap bulan membutuhkan sekitar 280 ribu ton.
Terkait kenaikan harga beras menjelang hari Idul Fitri, Bayu menjelaskan bahwa kenaikan tersebut adalah wajar dalam pengamatan.
"Ya kalau menjelang Ramadhan wajar kalau naik, dan harus dilihat bahwa selama bulan Maret, April Mei harganya turun. Baru mulai Juni, Juli mulai merangkak naik. Jadi kita mencermatinya detail pergerakan harga," tuturnya.
Namun untuk menjaga kestabilan harga beras tersebut, pemerintah berupaya akan melakukan sejumlah langkah pengendalian harga seperti menggencarkan operasi pasar, memperkuat pengawasan dan kordinasi dengan asosiasi pedagang.