Jumat 27 Jul 2018 20:42 WIB

Diintervensi Bank Sentral, Rupiah Lanjutkan Penguatan

Bank Sentral ingin memastikan likuiditas di pasar valas tetap lancar dan efisien.

Petugas menata tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank Mandiri,Jakarta, Senin (23/7).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menata tumpukan uang rupiah di Cash Center Bank Mandiri,Jakarta, Senin (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat (27/7) ditutup menguat 0,32 persen atau 47 poin ke Rp 14.417 per dolar AS dibanding penutupan pada Kamis (26/7) setelah terkoreksi tipis dan sempat stagnan dalam perdagangan sepanjang hari. Menurut Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah, penguatan ini setelah Bank Sentral melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas).

Pada Jumat ini ketika investor memusatkan perhatiannya untuk menanti pengumuman pertumbuhan ekonomi AS kuartal II 2018, level terendah rupiah diperdagangkan di Rp 14.493 per dolar AS, sementara terkuat di posisi Rp 14.380 per dolar AS. Hal itu menunjukkan pembalikan (rebound) setelah di Jumat pagi saat pembukaan pasar, rupiah tergelincir 22 poin atau 0,15 persen ke Rp 14.485 per dolar AS.

Nanang menjelaskan intervensi BI di pasar valas hanya untuk menjaga volatilitas dan memastikan kepercayaan pasar tetap terjaga. Bank Sentral ingin memastikan likuiditas di pasar valas tetap lancar dan efisien.

"Dalam beberapa pekan terakhir, aliran likuiditas valas di pasar interbank berjalan lencar. Selisih untuk bid foreign exchange rate dijaga di bawah Rp 10," ujar dia.

Volume transaksi valas per hari kini mencapai 6-7 miliar dolar AS. Semantara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), modal asing masuk Rp2,9 triliun Jumat ini. Di kurs Jakarta Interbank Spot dolar AS Rate (Jisdor) yang diumumkan Bank Indonesia, Jumat, rupiah bertengger di Rp 14.483 per dolar AS.

Baca juga, Jokowi Kumpulkan Pengusaha Bahas Kondisi Ekonomi Terkini

Pada Jumat pagi, rupiah terdampak dolar AS yang bertenaga setelah sentimen negatif terhadap mata uang euro. Hal ini menyusul keputusan Bank Sentral Eropa (Europan Central Bank/ECB) mempertahankan suku bunga acuannya dan menekankan keberlanjutan rencana mengakhiri gelontoran stimulusnya tahun ini.

Baca juga, Konflik Dagang Meningkat, Menkeu: Pertumbuhan Harus Dijaga

AS dijadwalkan akan merilis data pertumbuhan ekonomi April-Juni 2018 pada Jumat malam Waktu Indonesia Barat. Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan positif. Trump melalui akun Twitternya di pertengahan pekan ini sudah sesumbar bahwa AS memiliki angka-angka finansial terbaik di planet ini. Bank Sentral AS, The Federal Reserve, memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS di kuartal II 2018 sebesar 3,8 persen.

Jika pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam terus membaik, maka akan semakin menguatkan eskpetasi tentang dua kali lagi kenaikan suku bunga The Federal Reserve pada lima bulan terakhir di 2018. Ekspetasi kenaikan suku bunga AS, akan semakin mengalirkan "Greenback" ke instrumen di AS sebagai instrumen yang paling minim risiko.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement