REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran Arianto Muditomo menuturkan pelaku industri perbankan perlu menjaga perimbangan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) agar tetap mendapatkan keuntungan di tengah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Menurut dia, hal ini karena kenaikan suku bunga acuan tersebut berpotensi menurunkan permintaan kredit.
“Langkah yang utama adalah melakukan penyesuaian bunga simpanan dan pinjaman. Selain itu, perbankan harus terus menjaga perimbangan NIM,” ucap Arianto Muditomo saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Rabu (24/4/2024).
Ia mengatakan bahwa perimbangan NIM dapat dijaga dengan mencari sumber dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang berbiaya rendah serta melakukan ekspansi secara hati-hati dan produktif.
Ia juga menuturkan bahwa para pelaku industri perbankan perlu terus berinovasi mengembangkan produk pembiayaan yang menarik bagi calon debitur.
“Di sisi operasional, bank harus terus mencari inovasi dan langkah efisiensi serta bijak dalam mengelola pencadangan kerugian terutama yang berasal dari risiko kredit,” kata Arianto.
BI pada Rabu resmi mengumumkan kenaikan suku bunga acuan BI sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen dan menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen serta suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen.
"Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari kemungkinan memburuknya resiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu.
Ia juga menyampaikan bahwa kredit perbankan meningkat 12,4 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal I 2024. Pertumbuhan kredit tahun ini pun diperkirakan terus meningkat dan berada pada kisaran 10-12 persen.