Jumat 26 Apr 2024 23:53 WIB

MenKopUKM Harapkan PLUT KUMKM Bangun Fondasi Anak Muda Kreatif Masuk Industrialisasi

PLUT KUMKM harus berubah dengan cara belajar dari MCC

MenKopUKM, Teten Masduki, pada acara PLUT KUMKM Summit 2024 di Malang Creative Center (MCC), Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (26/4).
Foto: dok Kemenkop UKM
MenKopUKM, Teten Masduki, pada acara PLUT KUMKM Summit 2024 di Malang Creative Center (MCC), Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (26/4).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT KUMKM) yang ada di banyak daerah agar dapat membangun fondasi bagi anak-anak muda kreatif masuk ke industrialisasi. 

"Kita harus melahirkan lebih banyak sumber ekonomi baru supaya ekonomi nasional semakin besar dan kita siap menjadi negara maju," kata MenKopUKM, Teten Masduki, pada acara PLUT KUMKM Summit 2024 di Malang Creative Center (MCC), Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (26/4).

Merujuk anggota-anggota APEC, kata Menteri Teten, Jepang dan Korea Selatan misalnya, perekonomiannya didominasi pelaku UMKM dan sudah terhubung ke rantai industrialisasi sehingga mereka jauh lebih produktif. 

"Di sana sudah terhubung dengan sistem industri modern, pasar global, hingga akses pembiayaan," kata Menteri Teten.

Bagi MenKopUKM, PLUT KUMKM harus berubah dengan cara belajar dari MCC. Keberadaan Malang Creative Center atau MCC bisa direplikasikan di daerah lain di Indonesia agar bisa melahirkan sumber-sumber ekonomi baru.

"MCC merupakan model yang pas untuk mewujudkan hal itu. Tinggal nanti setiap daerah mengembangkan keunggulan domestiknya. Itu yang harus kita perkaya," kata Menteri Teten.

Ia juga menekankan, ada dukungan program KemenkopUKM, yaitu Enterpreneur Hub yang menginkubasi startup-startup agar terhubung dengan  permodalan, terakses investor, dan sebagainya.

"Dari startup, akan diinkubasi, hingga bisa komersialisasi," kata MenKopUKM.

MenkopUKM berharap para pengelola PLUT KUMKM bisa belajar di MCC sehingga MCC menjadi tempat anak-anak muda melakukan inovasi produk dan bisnisnya. 

Oleh karena itu, Menteri Teten mendorong pengembangan UMKM yang menjadi rantai pasok dari industri. Indonesia memiliki kekuatan domestik yang luar biasa di sektor agriculture dan aquaculture. Kalau ini dikembangkan dengan teknologi modern, maka selain bisa membangun produk jadi, juga bisa menjadi rantai pasok bagi industri nasional dan global.

"Kita akan membangun rumah-rumah produksi modern, tapi dengan skala menengah kecil yang dikelola koperasi. Ini yang akan mengolah sumber-sumber domestik. Kita harus melirik apa keunggulan domestik kita saat ini," kata MenKopUKM.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Teten mengapresiasi penandatangan MoU antara Indonesia Creative Cities Network (ICCN) dengan 18 PLUT KUMKM untuk kerja sama dalam mengembangkan Enterpreneur Hub dan keunggulan daerah hingga bisa bersaing di pasar nasional dan global.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Walikota Malang Wahyu Hidayat mengungkapkan bahwa daerahnya mengusung asa menjadi Kota Kreatif Bertaraf Dunia pada 2025. 

"Ekosistem ekonomi kreatif yang tumbuh subur disokong dengan kebijakan dan infrastruktur pro-insan kreatif, menjadi modal penting untuk mencapai asa tersebut. Hal ini dibuktikan dengan kontribusi ekonomi kreatif di Kota Malang yang dianggap semakin besar dan luar biasa," ucap Wahyu.

Oleh karena itu, kata Wahyu, upaya kolaboratif harus dilakukan dengan payung hukum yang kuat. Dan ekonomi kreatif juga telah ditetapkan sebagai salah satu sasaran strategis dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2024-2026. Peta jalan terstruktur pun telah disusun dalam Rencana Aksi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2024-2028.

"Akan ada enam arah kebijakan rencana aksi. Antara lain, infrastruktur, layanan legalitas dan standardisasi industri, peningkatan kapasitas SDM kreatif, sinergi regulasi, sistem kelembagaan, serta integrasi pusat data dan riset," kata Wahyu.

Bagi Wahyu, peran anak-anak muda akan sangat sentral dalam membangun peradaban kreatif di Kota Malang. Tanpa anak-anak muda kreatif, maka sulit menumbuhkan ekosistem kota yang baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement