Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina berdampak ke seluruh dunia, tak terkecuali raksasa elektronik asal Korea Selatan (Korsel), Samsung Electronics.
Perusahaan itu memperkirakan laba operasi pada kuartal kedua turun lebih dari 50% menjadi 6,5 triliun won (sekitar Rp78,2 triliun). Meski mengalami penurunan, proyeksi itu berhasil mengalahkan prediksi analisis, karena Samsung bisa mendongkrak kembali bisnis display-nya.
Perkiraan laba itu diungkapkan oleh Samsung pada Jumat (5/7/2019), menurut Business Times. Laporan lengkapnya akan diungkapkan pada akhir bulan ini.
Baca Juga: Bakal IPO, Pemasok Kemasan Samsung Mau Jual 1,3 M Saham
Apa yang dialami Samsung mengilustrasikan masalah-masalah yang timbul dari perang dagang terhadap ekonomi global, utamanya bagi perusahaan besar yang menjual produk jadi serta komponen ke seluruh dunia.
Perusahaan Korsel itu mengalami penurunan penjualan ponsel pintar dan produk teknologi lainnya. Mereka juga merugi akibat penurunan penjualan chip memori.
Pembatasan administrasi Trump pada penjualan ke Huawei, pembeli utama chip memori Samsung, telah mengurangi permintaan perusahaaan China itu terhadap komponen tersebut. Namun, baru-baru ini Trump mengatakan akan melonggarkan pembatasan tersebut.
Baca Juga: Indonesia Masih Garap 5G, Samsung Sudah Investasi 6G
Samsung juga telah dipaksa untuk bersaing dengan biaya tambahan yang disebabkan oleh dari tarif impor terhadap mesin cuci oleh pemerintahan Trump, untuk melindungi pesaing dari A.S., seperti Whirlpool.
Kebijakan batasan ekspor Jepang pada bahan yang digunakan untuk membuat produk pajangan dan komputer di Korsel juga diperkirakan akan merugikan Samsung dan pesaing utamanya, SK Hynix.
Belum lagi, perlambatan ekonomi yang lebih luas di seluruh dunia yang akan mengurangi permintaan akan rangkaian produk Samsung, termasuk televisi dan produk pengeras suaranya.