REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Indonesia berjanji untuk mendorong perbankan agar menggulirkan kredit di sektor pertanian. Janji tersebut dikemukakan dengan melakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Pertanian dengan BI tentang kerja sama pengembangan usaha di sektor pertanian.
Dalam nota kesepahaman ini ada beberapa kerja sama yang ingin dilakukan oleh kedua pihak. Menteri Pertanian, Suswono mengatakan, minimal tiga hal yang disasar yakni pemetaan strategi panen unggulan, kemudian menyiapkan kelompok tani yang membutuhkan dukungan kredit, serta menetapkan kebijakan dan prioritas bidang usaha yang membutuhkan kredit.
"Jadi intinya melakukan pembinaan, pengawalan kepada petani atau gabungan kelompok tani penerima kredit /pembiayaan," katanya usai membuka rapat koordinasi nasional TPID 2011 di Hotel Borobudur, Rabu (16/3). Penandatanganan kerja sama seperti ini, menurutnya, sangat diperlukan. Sebab hingga kini masih banyak di kalangan perbankan yang kurang memberikan dukungan kredit kepada pertanian. Karena sektor pertanian, dianggap berisiko tinggi.
Maka, Suswono akan mengupayakan agar ke depannya, teknis penyaluran dana ke petani ini akan tetap melalui bank. "Supaya uang itu betul-betul aman," kata dia. Namun ia belum mau menyebutkan bank apa. "Pokoknya yang kira-kira sampai di tingkat kecamatan, apalah banknya. Saya tak mau menyebutkan apa, pokoknya yang kira-kira efektif buat petani, memudahkan petani," tambah Suswono.
Intinya, teknis pengucuran kredit ini, adalah, pupuk sudah disediakan pemda setempat lalu benihnya dari pemerinta pusat pun sudah disediakan. "Tentu saja hanya tinggal biaya untuk mengolahan. Artinya begitu dia mau mengolah, atau mau bekerja otomatis uang itu sudah bisa digunakan," tuturnya.
Menanggapi hal ini, Gubernur BI, Darmin Nasution, akan menjadi fasilitator. "Kita memfasilitasi bagaimana agar kredit itu berjalan di sektor pertanian pada umumnya dan pangan pada khususnya," ujar Darmin. Bisa dengan cara mengajak pemerintah setempat, misalnya setingkat camat untuk memperkenalkan daerahnya kepada orang-orang yang bergelut di sektor perbankan.
Hal ini, bisa difasilitasi oleh para pegawai BI yang terdapat di banyak daerah-daerah. Selain itu, katanya, cara lainnya juga dengan membantu kalangan perbankan untuk menghitung resiko. Sebab, menurut Darmin, ada banyak bank yang tidak bisa menghitung resiko. "Mereka seperti membangun jembatan besar dan kokoh yang kuat untuk dilalui truk, padahal yang lewat hanya becak," kata Darmin mengumpamakan.