Kamis 24 Feb 2011 07:41 WIB

IMF: Maanfaatkan Momen Melemahnya Dolar

Uang dolar
Uang dolar

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Dana Moneter Internasional menyerukan dolar yang lemah, membantu Amerika Serikat mengurangi defisit dengan seluruh dunia dan menyeimbangkan kembali ekonomi global, demikian sebuah laporan yang dirilis Rabu.

Dalam laporan yang dipersiapkan untuk pertemuan para kepala keuangan Kelompok 20 (G20) pekan lalu, IMF mengatakan bahwa perhitungan tersebut menunjukkan dolar masih "pada sisi kuat" dari fundamental jangka menengah, sementara euro dan yen Jepang "secara luas sejalan" dan beberapa mata uang Asia, termasuk China, adalah "undervalued" (di bawah nilainya). Untuk mengatasi ketidakseimbangan global, G20 harus memungkinkan dolar turun, lembaga berbasis di Washington mengatakan.

"Beberapa depresiasi efektif lebih lanjut dari dolar AS akan membantu memastikan penurunan berkelanjutan defisit transaksi berjalan AS saat ini ke arah tingkat yang lebih konsisten dengan fundamental jangka menengah, membantu untuk mendukung pertumbuhan yang lebih seimbang," kata IMF.

Pelebaran defisit transaksi berjalan AS -- ukuran luas perdagangan barang, jasa, pendapatan dan pembayaran -- naik untuk kali kelima kuartal berturut-turut di kuartal ketiga tahun lalu, menjadi 127,2 miliar dolar, menurut data resmi AS terbaru.

Masalah dolar yang lemah sangat sensitif di Brazil, dimana pemerintah telah menyatakan sebuah "perang mata uang" internasional sedang berlangsung dengan Amerika Serikat memompa dolar murah ke ekonomi pasca krisis, sementara yuan China merosot bersama-sama. Laporan IMF diberikan kepada menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari G20 negara maju dan negara berkembang untuk pertemuan mereka Jumat dan Sabtu lalu di Paris.

Negara-negara G20 mencapai kesepakatan pada serangkaian indikator ekonomi untuk mengukur ketidakseimbangan dalam dan antar negara, dengan tujuan membantu negara-negara menghindari terulangnya masalah di jantung krisis keuangan pada 2008.

IMF mendesak peningkatan langkah upaya G20 untuk mempertahankan pemulihan ekonomi global, menunjuk risiko penurunan tinggi untuk negara maju dan "terlalu panas" di beberapa negara berkembang.

Di antara ancaman terhadap pertumbuhan global, IMF menyoroti "tidak cukup kemajuan dalam mengembangkan rencana konsolidasi fiskal jangka menengah , khususnya di Amerika Serikat dan Jepang" dan "risiko sektor utang negara dan perbankan di sekeliling zona euro."

Di negara berkembang, tantangan kebijakan utama adalah untuk menjaga tekanan terlalu panas (overheating) dalam kendali dan respon yang benar terhadap aliran modal masuk, IMF mengatakan.

"Dalam ekonomi-ekonomi surplus utama, tekanan overheating dapat dipersingkat dengan memungkinkan apresiasi mata uang, memfasilitasi rebalancing yang sehat dari permintaan eksternal ke internal."

Lembaga 187 negara itu juga mengatakan, "tampak sangat tidak mungkin" Amerika Serikat akan mampu memenuhi komitmennya untuk mengurangi separuh defisit anggaran antara 2010 dan 2013, yang dijanjikan pada pertemuan puncak G20 di Toronto pada Juni 2010.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement