REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Harga minyak dapat mencapai puncaknya di lebih dari 220 dolar AS per barel jika Libya dan Aljazair menghentikan produksinya karena merebaknya kekerasan di Timur Tengah dan Afrika Utara, kata Nomura, Rabu.
Kalangan analis membandingkan kondisi saat ini dengan Perang Teluk pada 1990-1991 ketika harga melonjak 130 persen selama tujuh bulan karena OPEC mengurangi produksi sampai 1,8 juta barel per hari.
"Jika Libya dan Aljazair bersama-sama menghentikan produksi minyak, harga dapat melonjak di atas 220 dolar per barel dan OPEC menghemat kapasitas dengan menurunkan produksi sampai 2,1 juta barel per hari, serupa dengan level yang terlihat selama Perang Teluk dan ketika harga menyentuh 147 dolar per barel pada 2008," kata Bank dari Jepang itu dalam notanya.