Ahad 20 Feb 2011 14:45 WIB

Harga Saham Jeblok, Dirut Garuda Angkat Tangan

Rep: Citra Listya Rini/ Red: Djibril Muhammad
Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar
Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pergerakan saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang masih belum bagus, dianggap sebagai kondisi yang wajar di bursa saham. Untuk itu, manajemen Garuda Indonesia menyerahkan kepada pelaku pasar yang ada. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar saat ditemui akhir pekan lalu di Jakarta.

"Kalau pasar is (adalah) pasar. Kita tidak bisa melakukan apa-apa. Kita tidak bisa mempengaruhi pasar. Jadi biar pasar yang menilai," ujar Emirsyah.

Sebagaimana diketahui, harga saham perdana Garuda Indonesia yang dibandrol Rp 750 per lembar kurang laku diserap pasar. Parahnya, di hari perdana perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham maskapai penerbangan pelat merah ini langsung melorot.

Saham Garuda langsung turun ke level Rp 700 saat pembukaan perdagangan saham di hari pertama. Selanjutnya, di tutup di level Rp 620 per lembar di hari perdana perdagangan bursa. Hingga Jumat (18/2) lalu, harga saham Garuda Indonesia masih bertengger di level Rp 570 per lembar.

Menanggapi pergerakan saham Garuda Indonesia yang belum bagus, Emirsyah, menuturkan, hal tersebut masih dalam batas wajar. "Apalagi kita kan belum lama listing," dalihnya.

Sementara itu, Menteri BUMN, Mustafa Abubakar, mengaku dirinya tetap optimis saham Garuda akan membaik nantinya. "Saya kira masih bagus, apalagi ini Garuda akan menambah pesawat. Saya yakin sekali saham Garuda akan membaik. Saya optimis akan bangkit," ungkap Mustafa

Akibat pergerakan saham Garuda yang masih belum maksimal, santer beredar kabar Menteri BUMN diduga mengintervensi tiga penjamin emisi pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) Garuda Indonesia untuk menahan (lock up) saham. Namun, Mustafa Abubakar, pun membantahnya dengan keras.

Mustafa, menegaskan semua kabar yang beredar tidaklah benar. Pasalnya, harga saham yang didapatkan, kata Mustafa, semua itu berdasarkan kesepakatan bersama. sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan atau semacamnya.

"Semua atas dasar kesepakatan bersama. Menteri sebagai pemegang saham (menginginkan) harga terbaik iya lah. Tapi kan bukan itu (Garuda) saja, (green shoe dan rights issue) PT Bank Negara Indonesia Tbk dan rights issue PT Bank Mandiri Tbk, kita meminta yang terbaik," papar Mustafa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement