REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Kimia Farma Tbk menunda rencana penawaran umum saham terbatas (rights issue) pada 2011 menyusul masih rendahnya harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. "Saat ini, harga saham kami (KAEF) masih rendah, sehingga rencana ini (rights issue) sebaiknya kami tunda dulu," kata Direktur Utama Kimia Farma, M Sjamsul Arifin, usai mengikuti Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, di Gedung MPR/DPR-RI, Jakarta, Kamis (17/2).
Menurut Sjamsul, kondisi saat ini belum memungkinkan untuk melakukan rights issue selain karena harga saham yang masih rendah juga harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kementerian BUMN selaku kuasa pemegang saham. Sebelumnya, perusahaan farmasi 'plat merah' ini disebut-sebut sudah merancang pelepasan saham tambahan ke pasar maksimal 30 persen, dari yang saat ini berada di tangan publik sebesar 10 persen.
Adapun target dana yang diharapkan diperoleh dari rights issue tersebut mencapai Rp 500 miliar. Ia mengakui, dari sisi jumlah saham Kimia Farma yang beredar di pasar modal hanya 10 persen tersebut masih sangat minim, sehingga ada anggapan perseroan tidak serius menjadi perusahaan publik.
"Kita sangat ingin merealisasikan 'rights issue', tetapi agar hasilnya maksimal kami harus memperbaiki dulu kinerja perusahaan pada tahun 2011. Setetelah itu baru bisa kita eksekusi," tegasnya.
Sesuai ketentuannya ditambahkan Sjamsul, rights issue merupakan "shareholder action", bukan "corporate action", sehingga sangat ditentukan oleh pemegang saham. Pihak manajemen menyarankan agar tingkat laba dan penjualan diperbaiki terlebih dulu. Setelah harga saham membaik, baru rencana tersebut akan dieksekusi, dan diharapkan direalisasikan pada 2012.
Penundaan rights issue didasarkan pula pada masih cukupnya aset, cadangan pinjaman, dan cadangan laba. "Sementara ini kami masih bisa membiayai investasi dengan dana internal. Tahun ini kami masih akan memanfaatkan dana tersebut," ujarnya.
Pada 2010 perseroan mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp 51,8 miliar, meningkat dibanding capex 2009 sebesar Rp 34,1 miliar. Kimia Farma pada tahun 2011 menargetkan laba bersih sebesar Rp 153,4 miliar, meningkat 52,03 persen dibanding prognosa laba bersih 2010 yang ditetapkan sebesar Rp 100,9 miliar.
Kontribusi laba terbesar disumbang dari lini bisnis industri produksi obat yang mencapai 77 persen, disusul dari layanan apotik 19 persen, dan dari jasa penjualan dan distribusi yang mencapai 4 persen.