Jumat 11 Feb 2011 10:43 WIB

Gara-gara Mubarak Ogah Turun, Harga Minyak Naik

ilustrasi
ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Harga minyak naik Jumat (11/2) di perdagangan Asia, dipicu oleh ketegangan yang semakin memuncak di Mesir mendorong kekhawatiran pasokan minyak mentah, kata analis. Kontrak utama New York, untuk minyak mentah light sweet pengiriman Maret naik 83 sen ke posisi 87,56 dolar per barel.

Sementara minyak mentah Brent North Sea juga penyerahan Maret naik 69 sen menjadi 101,56 dolar per barel dalam perdagangan hari ini. Kenaikan harga minyak mentah tersebut terjadi setelah Presiden Mesir Hosni Mubarak menolak turun dari jabatannya Kamis, dengan mendelegasikan kekuasaannya kepada wakil presiden Omar Sulaeman dan membuat semakin marah para pengunjuk rasa yang meminta dirinya mundur.

"Kenaikan itu sungguh-sungguh dikarenakan pidato Mubarak yang disampaikan sebelumnya," kata Ong Yi Ling, analis investor untuk Phillip Futures di Singapura. "Saya pikir bahwa ini menjadikan para investor fokus kembali pada krisis Mesir," katanya kepada AFP.

Penolakan mundur Mubarak itu membuat lebih dari 200.000 pengunjuk rasa di pusat Kairo, Lapangan Tahrir yang berharap dia akan mengumumkan pengunduran dirinya, semakin kesal dan meluapkan kemarahannya, mendorong kekhawatiran ketegangan di Kairo.

Konflik di Mesir juga dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan minyak mentah yang dialirkan melalui Terusan Suez, yang menyediakan jaringan antara Eropa dan Asia. Meski Mesir bukan produsen minyak mentah utama, namun Terusan Suez tersebut berada di dalam negeri Mesir yang dapat mengangkut sekitar 2,4 juta barel minyak mentah per hari, hampir setara dengan produksi minyak mentah Irak dan Brazil.

Sementara itu di tempat lain pada Kamis, kartel OPEC menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global 2011 dalam pandangan cuaca musim dingin dan prospek ekonomi yang 'kokoh' terutama bagi Amerika Serikat dan China. Organisasi Negara Pengekspor Minyak itu mengatakan pihaknya memperkirakan pertumbuhan permintaan dunia sebesar 1,4 juta barel per hari (bph) atau 1,62 persen menjadi 87,74 juta barel per hari untuk tahun ini, dibanding dengan 1,23 persen sebelumnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement