REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan (XI) DPR, Arif Budimanta, mengkritik penetapan harga right issue saham Bank Mandiri yang sebesar Rp 5.000 per lembar.
Alasan dia, karena pada tahun 2010 rata2 perlembar harga saham bank mandiri adalah sebesar 5600. "Ini berpotensi merugikan pemasukan keuangan terhadap negara yg besarnya hampir 50 persen lebih rendah dari right issue Bank Mandiri," kata dia, Kamis.
Dari hasil penjualan HMETD pemerintah itu, sebesar Rp 7,796 triliun akan masuk ke kas BMRI, sedangkan premium 5 persen sebesar Rp 389,843 miliar akan masuk ke kas negara.
Perolehan yang diterima pemerintah dari rights issue BMRI jauh lebih rendah dari hasil penjualan HMETD PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) beberapa waktu lalu.
BBNI menerbitkan 3.374.716.060 HMETD di harga Rp 3.100 senilai Rp 10,461 triliun. HMETD milik pemerintah yang tidak dieksekusi sebanyak 2.472.207.603 HMETD. Pemerintah menunjuk Bahana Securities (DX) menjual HMETD yang tidak dieksekusi tersebut di harga Rp 3.400, premium 9,67 persen (Rp 300) dan pemerintah memperoleh dana segar Rp 741,662 miliar.
Namun dalam rights issue BMRI, pemerintah hanya memperoleh dana segar Rp 389,843 miliar, lebih rendah 47,43 persen dari penerimaan hasil penjualan HMETD BBNI. "Sudah selayaknya pemerintah menetapkan harga batas atas dalam setiap penerbitan saham milik negara ke publik, sehingga potensi penerimaan negara juga semakin besar."