REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pernyataan Menkeu Agus Martowardojo soal inflasi tahun 2010 memicu penguatan rupiah terhadap dolar AS dalam pasar spot antarbank Jakarta, Selasa (4/1) pagi.
Rupiah menguat 25 poin menjadi Rp8.975-Rp8.977, sementara sehari sebelumnya posisi kurs ditutup pada Rp8.972-9.005 per dolar AS.
Analis keuangan Millenium Danathama Securities, Ahmad Riyadi, mengatakan penguatan ini dipicu oleh pernyataan Menkeu yang ingin menjaga inflasi 2011 di level 6,4 persen.
"Padahal prediksi kita 6,75 persen. Saat ini pemerintah mencoba menjaga inflasi 2011 di bawah itu yaitu 6,4 persen," katanya.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2010, inflasi hampir menyentuh 7 persen atau 6,96 persen. Sementara inflasi Desember sebesar 0,92 persen. Angka ini melesat jauh dari target pemerintah sebesar 5,3 persen dan perkiraan Bank Indonesia yaitu 5 persen plus minus 1 persen.
"Selain data inflasi yang positif, kenaikan rupiah masih terpicu oleh aliran dana asing yang masuk ke pasar modal yang juga menyokong indeks Bursa Efek Indonesia (BEI) ke level 3.700 poin," ujar Ahmad.
Ia mengatakan, dana asing yang masuk ke dalam negeri lebih banyak masuk ke dalam surat utang negara (SUN) dan portofolio saham di Bursa dalam negeri.
Dengan naiknya indeks BEI mendorong mata uang dalam negeri juga menguat, pelemahan dolar juga dipicu oleh penguatan mata uang lainnya seperti euro dan yen.
Faktor positif lainnya, lanjut dia, yang mendukung rupiah antara lain perkiraan membaiknya ekonomi dalam negeri yang akan tumbuh 6,4 persen dan fundamental ekonomi dalam negeri yang kuat.
"Suku bunga rupiah yang tinggi dan inflasi yang terus membaik juga memicu pelaku asing ingin terus bermain di pasar Indonesia," katanya.