Rabu 15 Dec 2010 04:47 WIB
Soal Pembatasan BBM Bersubsidi

Pemerintah Diminta Waspadai Ulah Spekulan

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Djibril Muhammad
Pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, ilustrasi
Foto: Pandega/Republika
Pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penundaan penerapan pembatasan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menjadi ruang bagi para spekulan untuk meraup untung dengan terus melakukan penimbunan BBM. Tidak hanya itu para spekulan dapat memainkan sentimen pembatasan tersebut untuk menaikkan harga.

Ekonom Bank International Indonesia (BII) Juniman menjelaskan dampak negatif dari penundaan tersebut adalah bertambahnya peluang penimbunan BBM sehingga terganggunya distribusi (BBM). Hal tersebut berpotensi memberikan efek inflatoir. "Ini yang harus diantisipasi oleh pemerintah, jangan sampai ada penimbunan-penimbunan," ujarnya, ketika dihubungi, Selasa (14/12).

Ulah spekulan tidak hanya berhenti disitu saja. Mereka bisa memanfaatkan sentimen pasar dengan menaikan harga jelang pembatasan BBM tersebut. "Seperti pada Desember ini. Ada yang sudah memanfaatkan menaikan harga karena memperkirakan pembatasan dimulai pada Januari 2011," jelasnya.   

Kenaikan harga barang, lanjut Juniman, juga bisa terjadi seandainya kendaraan-kendaraan pengangkut bahan makanan masih menggunakan pelat hitam. Karena pada kenyataannya, kata dia, mobil pengangkut sayur mayur itu banyak yang tidak berpelat kuning. "Untuk mengkompensasi kenaikan ongkos transportasi itu mereka kemudian menaikan harga," jelasnya.

Menurut Juniman meski memiliki sejumlah risiko, namun pengunduran waktu pembatasan BBM tersebut juga bersifat positif. Pasalnya pada Januari sampai dengan Maret diperkirakan akan memasuki masa panen Raya. Sehingga, walaupun akan ada kenaikan akibat ulah spekulan namun dapat  terkompensasi dari meningkatnya pasokan barang di pasar. "Jadi terkompensasi, karena kalau mulainya Januari dengan kondisi saat ini inflasi itu bisa terdorong sampai angka 1 persen," ucapnya.

Secara keseluruhan, Juniman menilai inflasi tahun kalender pada 2011 mendatang diperkirakan akan diatas target pemerintah 5,3 persen. "Saya pesimis dengan proyeksi pemerintah. Karena dengan kenaikan harga pangan dunia ini kita perkirakan inflasi itu bisa mencapai 5,7 persen," paparnya.

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih dalam laman situs koorporasinya Selasa (14/12) mengatakan penundaan rencana pemerintah menetapkan pembatasan BBM bersubsidi per 1 Januari 2011 mendatang akan menimbulkan efek inflasi yang tidak perlu pada Desember.

"Ketidakpastian kebijakan pemerintah menjadi kesempatan pedagang menaikkan harga (first round effect) sebagai antisipasi kenaikan yang sesungguhnya yang belum tahu kapan," ucapnya.

Sebelumnya Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan pembatasan BBM bersubsidi memang akan mendorong laju inflasi. Namun hal tersebut belum akan merubah proyeksi inflasi pemerintah tahun depan sebesar 5,3 persen. "Kalau seandainya diterapkan (pada Januari) maka akan berpengaruh sedikit terhadap inflasi tapi kita tetap akan menjaga inflasi sepanjang tahun 2011 itu sepanjang 5,3 persen," ujar Agus, di gedung DPR/MPR Senin (13/12).

Target tersebut, lanjut Menkeu, juga telah mempehitungkan kenaikan komoditias barang di pasar Internasional. Termasuk juga harga minyak mentah dunia. "Kita perhatikan kita sudah membicarakan ekonomi makro global maupun nasional dan kita sudah sepakat dengan asumsi-asumsi yang baru kita selesaikan anggaran tahun 2011 yang telah disetujui kemarin," paparnya.

Sementara itu, lanjut Menkeu, proyeksi inflasi Bank Indonesia (BI) sebesar 6,5 persen pada tahun ini bukan sesuatu yang terlalu berbeda dengan pemerintah. "Pemerintah masih mengkaji dan memperhatikan. Kita perkirakan memang akan diatas 6 persen, ya tentu antara 6,1 sampai 6,4 persen. Tapi kalau BI mengatakan 6,5 kita juga melihat itu bukan suatu yang berbeda," ujar Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement