Rabu 15 Dec 2010 04:07 WIB

Kepercayaan Perbankan kepada TPT Rendah

Rep: Shally Pristine/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepercayaan perbankan untuk mengucurkan kredit ke sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) masih rendah. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengatakan, hal itu terlihat dari kecilnya porsi pembiayaan dari perbankan dalam investasi TPT, yakni kurang dari separuhnya. Sebagian besar dana investasi keluar dari kantong pengusaha sendiri.

Kalaupun ada perbankan yang berani mengucurkan kredit, kata dia, dana itu berasal dari bank daerah yang berkedudukan utama di wilayah perusahaan TPT berasal. "Sehingga mereka (bank) mengenal baik kliennya. Kalau bank yang ada di Jakarta, jarang ada yang mau memberikan kredit," katanya kepada Republika ketika dihubungi, Selasa (14/12).

Karena itu, dia melihat, perlu kebijakan yang tegas dari Bank Indonesia (BI) agar perbankan mau mengucurkan kredit ke sektor TPT, lebih dari sekedar imbauan. Selain dari perbankan, lanjut dia, pengusaha TPT juga mendapat pembiayaan dari kredit pemasok dan lembaga keuangan nonbank (leasing).

Sementara itu, alternatif pembiayaan ekspor dan investasi dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Impor (LPEI) sebesar 100 juta dolar AS, kata Ade, belum bisa dimanfaatkan. Program yang nota kesepahamannya sudah ditandatangani beberapa bulan lalu itu, masih disosialisasikan sehingga belum dapat direalisasikan.

Hanya saja, dia meneruskan, pengusaha TPT pun mengalami ganjalan dalam memanfaatkan fasilitas keuangan hasil kerja sama LPEI dengan China Exim Bank itu. Karena, terbatas bagi investasi mesin dari Cina. "Padahal 60 persen mesin tenun masih didatangkan dari Jepang. Cina hanya sekitar 30 persennya, sisanya dari Eropa," ucapnya.

Ade menerangkan, sebenarnya minat pengusaha TPT untuk berinvestasi terbilang besar. Sepanjang tiga tahun terakhir terjadi investasi sekitar Rp 5 triliun. Untuk tahun depan, dia memperkirakan akan terjadi investasi sebesar Rp 2 triliun. Tahun ini saja, sebanyak 212 perusahaan ikut dalam program restrukturisasi permesinan dari Kementerian Perindustrian. "Ini promising industry, bukan sunset industry," ujarnya.

Bagaimanapun, dia mengakui bahwa industri TPT mendapat tantangan berat seiring dengan kenaikan harga bahan baku yang luar biasa. Dia memperkirakan, volume ekspor tahun depan akan berkurang namun nilainya akan lebih besar dari tahun ini. "Akan lebih dari 11 miliar dolar AS," katanya. Tahun ini, nilai ekspor TPT sekitar 10,4 miliar dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement