Selasa 14 Dec 2010 07:29 WIB

Indonesia Kesulitan Impor BBM Beroktan 88

Rep: Agung Budiono/ Red: Johar Arif
Pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, ilustrasi
Foto: Pandega/Republika
Pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Indonesia saat ini kesulitan untuk mengimpor minyak dengan kandungan oktan 88 (Premium). Pasalnya, hampir di sebagian besar negara sudah tidak lagi menggunakan BBM dengan kandungan oktan 88.

 

"Sekarang impor oktan 88 susah karena sudah tidak ada lagi. Adanya di dunia ini oktan 92 (Pertamax)," tutur Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Evita Herawati Legowo, kepada wartawan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/12).

Dijelaskannya, Pertamina diimbau agar bisa meng-upgrade kilang-kilang miliknya untuk memproduksi lebih banyak Pertamax. "Untuk sementara ini, Pertamina masih mengimpor High Octane Mogas Componen (HOMC) sebagai bahan campuran minyak untuk menjadi Pertamax," jelas Evita.

Sementara itu, Perusahaan migas pelat merah, PT Pertamina menyatakan kesiapannya jika kebijakan pembatasan BBM bersubsidi jadi dilaksanakan pada awal tahun 2011 untuk wilayah Jabodetabek.

Juru Bicara Pertamina, Mochamad Harun menuturkan, pihaknya bakal menambah stok Pertamax untuk menghadapi naiknya tingkat konsumsi BBM nonsubsidi. "Saya pikir masyarakat tidak perlu khawatir akan terjadi kelangkaan Pertamax, kami telah menambah stok Pertamax," tukasnya.

Pertamina  per Desember 2010 mempunyai 4.667 SPBU yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, 63 persen di antaranya belum menjual bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax.

Berdasarkan data yang dilansir Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebanyak 2.461 SPBU memerlukan modifikasi tangki untuk menjual Pertamax. Selanjutnya, 520 SPBU memerlukan investasi tambahan tangki dan dispenser untuk menjual Pertamax.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement