REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Bumi Resources Tbk berupaya melunasi utangnya sebesar 600-700 juta dolar AS sampai akhir tahun ini. Perseroan akan menggunakan dana yang berasal dari penarikan piutang dan penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), untuk melunasi utang.
"Dana penarikan piutang kami sebesar 240 juta dolar AS. Dari penjualan Enercorp Pvt Ltd senilai 90 juta dolar AS, sebanyak 45 juta dolat AS sudah kami terima. Sedangkan sisanya 45 juta dolar AS lagi akan diterima akhir tahun ini," kata Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava kepada wartawan di Jakarta, Kamis (11/11) malam.
BUMI juga masih memiliki piutang atas penjualan saham PT Mitratama Perkasa senilai 190 juta dolar AS. Dari total piutang tersebut, perseroan baru menerima 20 juta dolar AS. Sedangkan sebagian besar sisanya 170 juta dolar AS baru akan diterima bulan depan. "Kami berharap secepatnya mendapat persetujuan dari pemerintah Yaman untuk menjual 20 persen saham kami di Gallo Oil (Jersey) Ltd. Dana penjualan yang akan kami dapatkan sekitar 290 juta dolar AS," ujar Dileep.
Sementara itu dari penerbitan HMETD, BUMI memperoleh dana 370 juta dolar AS. Untuk tiga tahun ke depan, perseroan mengaggarkan dana sebesar 1,1 miliar dolar AS untuk pengembangan usaha. Dileep menguraikan dari total anggaran tersebut, sebanyak 450 juta dolar AS untuk meningkatkan kapasitas pengapalan batubara, termasuk peningkatan transportasi.
Sedangkan sebanyak 750 juta dolar AS untuk infrastruktur. "Kami tidak akan mengeluarkan dana untuk semua ini. Perseroan juga tidak akan mencari pinjaman perbankan, tapi akan memperoleh dana dari vendor financing," tutur Dileep.
Dia menambahkan, untuk anggaran belanja modal dua anak perusahaan yang paling besar, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, perseroan berencana memandirikannya. Menurut Dileep langkah ini dilakukan agar dua anak perusahaan tersebut tidak lagi membebani neraca keuangan BUMI ke depannya.