REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA--Batu bara benar-benar menjadi primadona dalam beberapa tahun terakhir. Produksi emas hitam ini terus meningkat pesat setiap tahunnya. Tak terkecuali dengan batu bara yang digali PT Adaro Energy Tbk.
Produksi batu bara Adaro ditargetkan bakal meningkat menjadi 46-48 juta ton pada 2011. Bahkan, produksi itu akan meningkat hampir dua kali lipatnya alias menjadi 80 juta ton per tahun pada 2014 atau 2015. Prediksi produksi perusahaan tambang di Kalsel ini disampaikan Presiden Direktur Adaro, Garibaldi Thohir.
''Tahun depan produksi Adaro antara 46-48 juta ton yang terdiri dari Tutupan dan Wara,'' ujar Garibaldi di Singapura, Rabu (3/11).
Adaro memiliki dua jenis batu bara yang dinamai dari daerah tempatnya digali, yaitu Wara dan Tutupan.
Selama ini, batu bara Tutupan menjadi andalan perusahaan. Namun sejak tahun ini, Wara mulai diproduksi
dengan target satu juta ton.
Menurut Garibaldi, Wara akan ditargetkan dapat diproduksi sebanyak 5 juta ton pada tahun depan. Dia
yakin target produksi batu bara baik untuk tahun depan maupun lima tahun mendatang bisa diwujudkan.
Dia mencontohkan untuk Wara yang ditargetkan hanya satu juta ton diperkirakan sampai akhir tahun nanti bisa mencapai 1,5 juta ton.
Sebagian besar produksi Adaro dijual ke pasar ekspor dengan negara tujuan yang menjadi pelanggannya
adalah Cina termasuk Hongkong, India, dan Jepang. Meski demikian, Adaro juga menjadi pemasok batu
bara terbesar bagi PLN. Adaro memasok sebanyak 11,7 juta ton untuk pembangkit-pembangkit PLN. ''Kami
ini pemasok batu bara terbesar untuk kebutuhan domestik,'' ujarnya.
Tahun ini diperkirakan produksi batu bara Adaro mencapai 42-43 juta ton. Sampai kuartal ketiga 2010, produksi perusahaan telah mencapai 31,84 juta ton. Sementara produksi nasional batu bara diperkirakan lebih dari 220 juta ton dan kebutuhan untuk seluruh pembangkit listrik PLN mencapai 40-42 juta ton per tahun.
Garibaldi memperkirakan pula harga batu bara pada tahun depan bakal meningkat mengingat kebutuhan yang masih besar terutama dari Cina, India, dan Indonesia sendiri. Meski harga dan produksi diperkirakan naik, dia belum bisa memperkirakan harga jual batu bara itu dan keuntungan alias laba bersih bagi Adaro.
Dia berdalih negosiasi harga penjualan batu bara masih berjalan. ''Tahun depan bisnis batu bara bisa lebih kencang karena permintaan besar, sementara produksi di Indonesia dan Australia terganggu oleh cuaca hujan yang abnormal sehingga pasokan terganggu,'' jelasnya.
Akibat hujan yang berkepanjangan, Garibaldi memaparkan, produksi seluruh perusahaan tambang di Indonesia terganggu. Target produksi Adaro pun harus direvisi dari semula 45 juta ton menjadi 42-43 juta ton. Namun berkurangnya produksi tak sampai mengganggu rantai pasokan bagi kostumer Adaro.