Sabtu 23 Oct 2010 04:17 WIB

Industri Hilir Kelapa Sawit Belum Berkembang

Rep: Yogie Respati/ Red: Djibril Muhammad
Kebun kelapa sawit, ilustrasi
Kebun kelapa sawit, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-–Industri hilir kelapa sawit belum banyak berkembang. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kepala Sawit (GAPKI), Joefly Bahroeny, mengatakan industri hilir kelapa sawit harus terus dikembangkan, sehingga produksi kelapa sawit akan maksimal.

"Indonesia perlu menyusun strategi jitu untuk mengembangkan industri hilir. Pemerintah sendiri telah menargetkan produksi 40 juta ton produksi minyak sawit mentah pada 2020 dan 60 juta ton pada 2030, dengan 30-40 persen untuk minyak nabati," kata Joefly, dalam launching 'Semarak 100 Tahun Industri Kelapa Sawit Komersial di Indonesia' di Hotel Borobudur, Jumat (22/10).

Untuk mencapai target pada 2020 pun, lanjutnya, diperlukan lahan sekitar 12 juta hektar. Saat ini luas kebun kelapa sawit di Indonesia yaitu 7,3 juta hektar. Joefly menambahkan untuk perluasan lahan kelapa sawit pun pemerintah harus bijaksana untuk menempatkan lahan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Selain ekstensifikasi lahan, ujar Joefly, intensifikasi lahan juga diperlukan untuk mendongkrak produktivitas dan agar dapat memperkuat daya saing terhadap kompetitor negara lain. "Integrasi industri kelapa sawit terhadap ketahanan pangan dan energi juga perlu diramu sehingga industri kelapa sawit juga mampu ikut serta membantu menopang perekonomian nasional yang bercirikan kerakyatan," tuturnya.

GAPKI memperkirakan produksi minyak sawit mentah di tahun ini mencapai 22 juta ton dengan luas areal hampir 8 juta hektar. Malaysia dan Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah terbesar dengan pangsa 80 persen dalam perdagangan kelapa sawit dunia. Kelapa sawit menyumbang devisa 15,6 miliar dolar AS (Rp 150 triliun) atau sekitar 15 persen bagi APBN 2008.

Joefly menuturkan setidaknya 10 persen penduduk Indonesia pun terlibat secara langsung maupun tidak langsung dengan industri kelapa sawit. Bendahara GAPKI Sumut, Laksamana Adyaksa, mengatakan dalam beberapa minggu ini harga minyak sawit mentah telah menembus 1000 dolar AS per ton. "Diperkirakan harga ini akan relatif stabil dalam sebulan ke depan," bebernya.

Sementara itu, Menteri Pertanian, Suswono, mengatakan produktivitas kelapa sawit Indonesia saat ini masih dibawah Malaysia, yang bisa menghasilkan 16 juta ton dari lahan 4 juta hektar. Sementara Indonesia dengan 7,9 juta hektar baru bisa menghasilkan 18,6 juta ton. Pihaknya pun berkeinginan menggenjot produktivitas supaya bisa setara dengan Malaysia.

"Saat ini sebagian kebun kelapa sawit di Indonesia adalah perkebunan kelapa sawit rakyat dan di sana ada sebagian pohonnya yang sudah tua dan sebagian lagi tidak diurus dengan baik. Oleh karena itu yang pohon sudah tua ini perlu replanting dan lahan yang kurang diurus kita kasih penyuluh supaya bisa mengarahkan mereka lebih baik," papar Suswono.

Industri kelapa sawit komersial di Indonesia sendiri telah mencapai 100 tahun pada 2011. Pada 1911 Kebun Pulo Raja dan Kebun Tanah Itam Ulu (milik PTPN IV) di Sumut menjadi awal kebun kelapa sawit komersial. Untuk memperingati hal itu GAPKI akan mengadakan perhelatan Semarak 100 Tahun Industri Kelapa Sawit Komersial di Indonesia pada 28-30 Maret 2011 di Sumatera Utara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement