REPUBLIKA.CO.ID,HONG KONG--Ketakutan akan perang mata uang global meningkat hari Jumat (15/10) setelah Jepang menyuarakan keprihatinan akan gerakan mata uang asing liar. Sementara Cina mengatakan Amerika seharusnya tidak menggunakan mata uang yuan sebagai "kambing hitam" atas masalah ekonomi.
Komentar datang seiring dengan meningkatnya ketegangan antara kedua bangsa atas permintaan peredaman mata uang mereka untuk melindungi ekspor, sebuah isu yang akan mendominasi Pertemuan Kepala Negara G-20, bulan depan.
Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan mengatakan "sangat prihatin dengan situasi mata uang" setelah yen mencapai posisi tertinggi setelah 15 tahun terhadap dolar AS. Sebelumnya menteri keuangan Jepang, Yoshihiko Noda, mengatakan "Kami akan mengambil langkah tegas bila perlu, dari segi pembatasan berlebihnya fluktuasi nilai tukar."
Peringatan Tokyo datang ketika pemulihan ekonomi Jepang disokong oleh melonjaknya nilai yen, sehingga menyulitkan pergerakan ekonomi bangsa yang dikemudikan oleh aktivitas ekspor. Jepang memiliki kebijakan ekonomi menjual produk mereka lebih mahal di luar negeri.