Jumat 01 Oct 2010 01:21 WIB

Investor Butuh Konsistensi Penerapan Bea Keluar Kakao

Rep: Shelly Pristine/ Red: Budi Raharjo
Kakao
Kakao

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pelaku industri mengharapkan pemerintah konsisten menerapkan kebijakan Bea Keluar (BK) kakao agar memberi kepastian ketersediaan bahan baku kepada investor yang tertarik masuk di sektor pengolahan. Sehingga, pemerintah dapat mencapai target terolahnya separuh kakao produksi domestik di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), Piter Jasman, mengatakan penerapan BK telah menghidupkan kembali industri pengolahan kakao lokal. Sebelum BK diberlakukan, hanya ada enam pabrik yang beroperasi dengan produksi 150 ribu ton per tahun. Kini, jumlahnya 15 dengan kapasitas produksi terpasang 320 ribu ton per tahun.

"Juga ada investasi baru dari Malaysia yang masuk di Batam dengan kapasitas produksi butter dan bubuk 50 ribu ton per tahun yang mulai beroperasi tahun depan," katanya ketika dihubungi Republika, Kamis (30/9).

Positifnya pemberlakuan BK ini, menurut dia, seharusnya membuat pemerintah terus memberlakukan kebijakan ini. Karena, secara nyata dapat mendorong tumbuhnya industri penambahan nilai untuk bahan mentah yang selama ini diekspor mentah. Selain itu, memberikan pilihan kepada petani dalam menyalurkan produksinya.

Beberapa investor, kata dia, meminta kepastian agar kebijakan ini diberlakukan konsisten agar ada kepastian bahan baku. "Jangan sampai mereka sudah bangun pabrik di sini kemudian BK-nya dicabut. Nanti mereka kabur," katanya.

Kata Piter, investor yang tertarik itu berasal dari Singapura dan Malaysia, dua tujuan ekspor utama kakao Indonesia. Selain itu, ada pula pembicaraan dengan pemanufaktur Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Italia. Dia berharap, masuknya investor ini dapat mendorong pemenuhan target Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu (Gernas) Kakao yaitu mengolah 50 persen produksi biji kakao domestik.

"Nanti di 2011 kan pengolahannya sudah bisa 300 ribu ton per tahun, itu sudah setengah dari produksi kakao nasional. Targetnya Gernas kan 1,2 juta ton per tahun, jadi kita masih butuh investasi supaya bisa mengolah sampai 600 ribu ton per tahun," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement