Kamis 15 May 2025 17:32 WIB

Mirae Asset Proyeksi Jumlah Investor Ritel Saham RI Capai 7,5 juta pada 2025

Ada dua faktor yang menyebabkan laju pertumbuhan

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan investor ritel di pasar saham Indonesia akan mencapai 7,5 juta Single Investor identification (SID) pada akhir tahun 2025.
Foto: AP/David L. Nemec/New York Stock Exchange
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan investor ritel di pasar saham Indonesia akan mencapai 7,5 juta Single Investor identification (SID) pada akhir tahun 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan investor ritel di pasar saham Indonesia akan mencapai 7,5 juta Single Investor identification (SID) pada akhir tahun 2025. Investor ritel pasar saham Indonesia (di luar investor reksa dana dan obligasi) tercatat tumbuh dari sebelumnya 1,7 juta SID pada 2020 menjadi sebanyak 4,38 juta SID pada akhir 2024.

“Sehingga, secara konservatif kami memprediksi jumlahnya pada tahun ini dapat tumbuh hingga 7,5 juta investor atau bertambah lebih dari 1 juta investor,” ujar Head of Retail Business Support Mirae Asset Prisa Ngadianto dalam Media Day: Mei 2025 di Jakarta, Kamis (15/5/2025).

Baca Juga

Ia menjelaskan, dua faktor yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan angka investor pasar saham dan pasar modal yaitu suplai emiten yang lebih berkualitas, ditambah kegiatan edukasi inklusif yang aktif dari masing-masing perusahaan efek.

“Kami di Mirae Asset berkomitmen mengedukasi dan mendorong literasi baik secara offline, online, konvensional, dan melalui sosial media,” ujar Prisa.

Head of Investment Information Mirae Asset Martha Christina menilai, investor dan trader pasar saham Indonesia disarankan untuk melakukan strategi memanfaatkan momentum trading terutama memperhatikan kinerja pada kuartal I 2025.

Menurutnya, koreksi pasar saham masih mungkin terjadi namun terbatas, seiring dengan positifnya kesepakatan perang dagang di tingkat global.

“Potensi penguatan pasar saham juga mulai terbatas dengan dibayangi aksi profit taking, sehingga strategi trading-nya adalah dapat memanfaatkan momentum trading dan membeli saham yang harganya melemah (buy on weakness) untuk emiten dengan kinerja kuartal I 2025 yang baik,” ujar Martha.

Ia menjelaskan, saat ini pasar saham Indonesia masih berada dalam tekanan jual, tercermin dari nilai jual bersih investor asing (nett foreign sell) mencapai Rp 35 triliun sejak awal tahun, namun sudah positif dalam sebulan terakhir.

OJK mencatat jumlah investor pasar modal Indonesia pada rentang 2020 sampai 2024 secara berturut-turut sebanyak 3,88 juta, 7,49 juta, 10,31 juta, 12,17 juta, dan 14,87 juta, dengan pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) 30,82 persen.

Dari jumlah itu, jumlah investor ritel pasar saham Indonesia (berdasarkan rekening C-BEST IDX) secara berturut-turut pada periode sama adalah 1,7 juta, 3,45 juta, 4,44 juta, 5,26 juta, dan 6,38 juta, sehingga menghasilkan CAGR 30,36 persen.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement