REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Ketersediaan stok beras yang menipis, ternyata tak sejalan dengan harga beras di pasaran. Seperti di Bulog Sub Divre IV Banyumas, stok beras yang kini tersimpan di gudang-gudang Bulog tersebut hanya ada sekitar 39 ribu ton. Namun ternyata, harga beras di pasaran bisa bergerak turun.
''Kalau diasumsikan berdasarkan mekanisme pasar, mestinya kalau barang langka maka harga akan naik. Tapi dalam hal komoditi beras ini, hukum ekonomi pasar tersebut tidak berlaku. Meski stok beras menipis, ternyata harga malah turun,'' kata Kepala Bulog Sub Divre IV Banyumas, Witono, melalui Humasnya, Priyono, Senin (27/9).
Dia memperkirakan, harga beras yang turun di pasaran ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah yang membuka kran impor untuk komiditi beras. Adanya kebijakan tersebut, membuat spekulan yang semula menyimpan beras dalam jumlah besar, mulai melepaskan simpanannya ke pasar karena takut mengalami kerugian.
Dari pemantauan di Pasar Wage Purwokerto yang merupakan pasar induk di Kabupaten Banyumas, harga beras saat ini mengalami penurunan dibanding saat sebelum lebaran dan beberapa hari setelah lebaran. Yani (47), pedagang setempat menyebutkan harga beras jenis IR 64 Super saat ini hanya sekitar Rp 5.900 per kg. Sedangkan beras jenis IR 64 yang biasa, hanya dihargai Rp 5.600 per kg.
''Harga ini turun sekitar Rp 400-Rp 500 dibanding masa lebaran. Pada masa menjelang lebaran dan beberapa hari setelah lebaran, harga beras IR 64 super mencapai Rp 6.300 per kg sedangkan yang biasa mencapai Rp 6.000 per kg,'' jelasnya.
Dia menilai, fluktuasi harga beras tersebut bukan karena ada peningkatan kebutuhan menjelang lebaran kemudian penurunan permintaan setelah masa lebaran. Dia mengakui, pada musim libur lebaran memang banyak orang dari kota besar yang musik ke daerah. Namun kenyataannya, fluktuasi harga beras ini tak hanya terjadi di daerah saja. Tapi juga di kota-kota besar, yang penduduknya mudik ke daerah.
''Jadi, penurunan harga beras saat ini tak ada hubungannya dengan Lebaran. Saya kira, penurunan harga beras ini berkaitan dengan rencana pemerintah untuk melakukan impor beras dari luar negeri. Kebijakan pemerintah ini, kemudian diikuti oleh para spekulan yang mulai melepaskan simpanan berasnya ke pasar,'' katanya.
Humas Bulog Banyumas Priyono menyebutkan, stok beras yang kini dikuasai kantor Bulog yang memiliki wilayah operasi di empat kabupaten wilayah eks Karesidenan Banyumas ini, hanya sekitar 39 ribu ton. Stok beras sebanyak ini, hanya bisa memenuhi kebutuhan penyaluran raskin di empat kabupaten eks Karesidenan Banyumas hingga Februari 2011.