Kamis 02 Sep 2010 04:19 WIB

Pemerintah Pertimbangkan Impor Beras

Rep: EH Ismail/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—-Pemerintah menjamin kecukupan pangan sampai akhir tahun ini. Semua komoditas pangan utama --beras, gula, jagung, kedelai, daging sapi, daging ayam, telur, dan sayur-mayur-- tersedia untuk kebutuhan masyarakat Indonesia sampai akhir Desember 2010 mendatang.

Kendati demikian, perubahan iklim yang mengakibatkan produksi pangan dunia terkoreksi tajam membuat pemerintah harus melakukan langkah antisipatif jangka panjang. Salah satu langkah antisipasi pemerintah, yaitu menjaga kestabilan stok pangan nasional, termasuk beras.

Menteri Pertanian, Suswono, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir Indonesia berhasil mewujudkan dan mempertahankan swasembada beras untuk kebutuhan rakyatnya. Sewasembada tersebut diperkirakan akan tetap terjadi pada tahun ini. Bahkan mentan optimistis produksi beras tahun 2010 meningkat dan akan ada kelebihan stok sebesar 5,6 juta ton pada akhir tahun.

Walaupun demikian, Suswono menyatakan, kesiapan untuk memberikan pasokan terhadap cadangan beras nasional (CBN) harus dipikirkan pula alternatif mendatangkan beras dari luar negeri. “Kemungkinan impor itu ya bisa saja dan itu alternatif terakhir, tapi tentu kita akan memprioritaskan penyerapan dari dalam negeri dulu,” ujar Suswono di Jakarta, Rabu (1/10).

Dia menjelaskan, saat ini stok beras di Bulog mencapai 1,4 juta ton dengan angka aman CBN sebesar 1,5 juta ton. Penambahan penyerapan dari panen raya Agustus-September diperkirakan akan membuat surplus beras mencapai 5,6 juta ton pada akhir tahun.

Namun demikian, surplus beras sebesar itu hanyalah bisa digunakan untuk kebutuhan dua bulan atau periode Januari-Februari 2011. Sementara untuk pencadangan beras Maret-April sambil menunggu panen raya pada bulan April, kata Suswono, pemerintah membuka kemungkinan untuk impor.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto, menyatakan, angka perkiraan produksi padi 2010 tidak akan meleset jauh bilamana empat bulan ke depan tidak ada serangan organisme pengganggu tanaman dan bencana alam yang masif. “Sejauh ini dampak perubahan iklim dan serangan OPT masih bisa dikendalikan. Tapi kalau ada kejadian luar biasa yang masif, tentu prediksi produksi pun akan bergeser.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement