REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan Diah Maulida mengatakan pemerintah sedang menghitung kembali produksi dan stok gula kristal putih dalam negeri. Penghitungan ulang itu terkait dengan rencana impor gula untuk memenuhi kebutuhan gula kristal putih selama lima bulan pertama tahun 2011, atau pada saat tidak ada produksi dalam negeri, kata Diah dalam diskusi mengenai industri gula nasional di Jakarta, Kamis..
Akhir Agustus ini, kata dia, akan menghitung kembali berapa kebutuhannya karena ada yang pesimis produksi tahun ini cuma 2,2 juta ton sampai 2,3 juta ton. "Posisi akhir tahun mungkin tinggal 800 ton sampai satu juta ton sehingga untuk kebutuhan lima bulan ke depan akan kurang," katanya menjelaskan.
Secara terpisah Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan pemerintah akan mengimpor gula kristal putih untuk memenuhi kebutuhan gula untuk konsumsi masyarakat pada lima bulan pertama tahun 2011.
"Karena rendemen turun produksi akan dibawah target, menurut taksasi hanya 2,5 juta ton atau 200 ribu lebih rendah dari target. Kita akan antisipasi setelah finalisasi estimasi produksi yang biasanya selesai dalam satu dua bulan ini untuk menghitung kekurangan stok dan kebutuhan impor," katanya.
Namun, baik Diah maupun Mari, menjamin stok gula kristal putih sampai akhir tahun akan aman, tidak sampai terganggu penurunan produksi gula karena kemarau basah yang cukup panjang. "Untuk sekarang sampai akhir tahun tidak usah khawatir karena stok gula cukup, impor ini untuk mengisi kebutuhan lima bulan pertama tahun depan, saat tidak ada produksi dalam negeri," katanya.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso menyatakan adanya sinyalemen penurunan produksi gula kristal putih dalam negeri dari 2,9 juta ton menjadi antara 2,2 juta ton dan 2,5 juta ton tahun ini akibat kondisi iklim yang tidak mendukung. Dengan kondisi yang demikian, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Gula dan Terigu Indonesia (Apegti) Natsir Mansyur memperkirakan stok gula kristal putih pada akhir tahun akan kurang sekitar 400 ribu ton.
Lebih lanjut Diah menjelaskan pemerintah juga akan mengecek kapasitas pabrik yang bisa digunakan dalam memroses gula mentah untuk melihat kemungkinan dilakukannya impor gula mentah guna memenuhi kebutuhan gula kristal putih dalam negeri. "Kita mengarahkan ke impor gula mentah supaya kita bisa dapat nilai tambah," katanya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) H.M. Yamin Rahman yang hadir dalam diskusi itu mengatakan kalau ingin mengimpor gula mentah pemerintah harus segera mengeluarkan ijin impor karena musim giling pabrik gula akan segera berakhir. Gula mentah harus sudah masuk Oktober sebelum musim giling berakhir. Dengan demikian, izin impor harus sudah keluar dalam bulan Agustus karena prosesnya akan lama mengingat saat ini Brazil merupakan penghasil utama gula. "Antreannya pasti lama karena semua negara juga membeli di sana. Harganya juga cukup tinggi, bisa sampai 200 dolar AS per ton," katanya.