Jumat 30 Jul 2010 03:41 WIB

Beberapa Proyek Tertunda, Laba Elnusa Tergerus 94 Persen

Rep: agung budiono/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kinerja keuangan anak usaha perusahaan Pertamina tampak tidak terlalu baik, lantaran adanya penurunan utilisasi alat karena adanya penundaan beberapa proyek dan perubahan pola bisnis geoscience. Hal itu terlihat, dari penurunan laba bersih hingga 94,18 persen menjadi Rp 27,09 miliar pada semester I-2010 dibandingkan periode yang sama 2009 sebesar Rp 465,59 miliar.

Menurut Direktur Utama Elnusa, Suharyanto mengatakan, pola bisnis goscience dengan mulai masuknya Perseroan ke segmen offshore (seismic marine-transition zone) yang menggunakan pola joint operation mempengaruhi turunnya kinerja keuangan. "Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur biaya pada proyek geosciences. Seismic marine-transition zone mengontribusikan hingga 55 persen terhadap pendapatan jasa hulu migas," paparnya dalam keterbukaan informasi di Bursa efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (29/7).

Meski demikian, pendapatan usaha perseroan tercatat Rp 2,27 triliun atau melonjak 40 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp 1,61 triliun. Dia menjelaskan, untuk mencapai target pendapatan usaha sekitar Rp 4,4 triliun, perseroan akan fokus pada segmen jasa hulu migas terintegrasi.

Dia menjabarkan, untuk bisnis inti ini, perolehan kontrak perseroan telah mencapai 280,5 juta dolar AS, di mana kontrak senilai 227,5 juta dolar AS akan dikerjakan pada 2010 atau telah mencapai 73 persen dari target pendapatan segmen jasa hulu migas senilai Rp 2,79 triliun. "Sementara itu, perseroan juga sedang mengikuti tender proyek senilai US$78,03 juta," tuturnya.

Segmen jasa hulu migas terintegrasi ditargetkan akan berkontribusi Rp 2,79 triliun, jasa hilir migas senilai Rp 1,24 triliun, dan jasa penunjang hulu migas senilai Rp 403 miliar.

Suharyanto menjelaskan, perseroan mengangarkan 70 juta dolar AS sebagai belanja modal (capital expenditure) untuk investasi di jasa hulu migas terintegrasi, meliputi pembelian teknologi untuk geosciences, drilling, dan oilfield. "Sumber dana untuk belanja modal sebagian akan menggunakan kas internal," tukasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement