REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pebisnis asal Singapura dan Malaysia tertarik berinvestasi di industri pengolahan kakao di Indonesia. Demikian ungkap Anggota Komite Penanaman Modal bidang Agribisnis, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Didiek Hadjar Goenadi. Para pengusaha itu, menurutnya, telah yakin akan berinvestasi di Indonesia.
''Hanya mereka membutuhkan dukungan berupa kepastian dari pemerintah Indonesia. Khususnya yang menyangkut masalah BK kakao, tapi yang jelas masalah mutu,'' jelasnya dalam acara penandatanganan MoU Peningkatan Kinerja Perdagangan dan Industri Kakao di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (18/6).
Menurut Didiek, investasi dari Singapura dan Malaysia itu merupakan relokasi dari pabrik yang kekurangan pasokan bahan baku di sana. Sehingga, mereka memilih Indonesia sebagai tujuan relokasi mengingat jarak yang dekat. Terlebih, penerapan BK kakao dan Gerakan Nasional (Gernas) Kakao telah menunjukkan itikad pemerintah menumbuhkan industri hilir kakao.
''Nilai investasi pastinya belum disebut karena tergantung kapasitasnya nanti. Misalnya 50 ribu ton, itu investasinya bisa 50 juta dolar AS. Jumlahnya sekitar 3-4 pabrik,'' paparnya.