Selasa 15 Jun 2010 02:22 WIB

Pengusaha Keluhkan Lemahnya Daya Saing di Pasar Bebas

Rep: C15/ Red: Budi Raharjo
Pabrik tekstil, ilustrasi
Foto: Sony Soemarsono/Republika
Pabrik tekstil, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indonesia masih lemah dalam sejumlah faktor daya saing. Kelemahan ini membuat Indonesia tidak bisa berkompetisi dalam perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan negara lain.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Djimanto, mengatakan Indonesia kalah kompetitif dari negara mitra FTA terutama dalam ongkos logistik, misalnya dalam biaya pergudangan dan pengangkutan. ''Ongkos mendistribusikan barang dari satu tempat ke tempat lain di dalam negeri lebih mahal dari biaya angkut dari luar negeri ke Indonesia,'' ujarnya ketika dihubungi Republika, Senin (14/6).

Karenanya, Djimanto berpendapat, untuk mengindentifikasi hambatan-hambatan daya saing, harus dilakukan telaah pada setiap entitas struktur biaya produksi dan membandingkannya dengan faktor yang sama di negara lain. ''Jadi harus menghitung input sampai menjadi output. Kalau kita lebih besar, berarti di faktor itu kita daya saing kita lemah,'' cetusnya.

Selain logistik, Djimanto juga menggarisbawahi kendala di sektor perbankan yang belum berpihak ke sektor riil. Di samping itu, masih banyak hambatan dalam perizinan. Menurutnya, hingga kini proses birokrasi masih saja lambat dan memakan biaya yang banyak. ''Selain itu, tidak ada jaminan dari pemerintah sebagai pemberi izin bertanggung jawab ketika ada klaim dari pihak ketiga,'' keluhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement