Senin 24 Feb 2025 18:21 WIB

Bagaimana Respons Pasar Terhadap Peluncuran Danantara?

Pasar kurang memiliki kepercayaan terhadap terbentuknya SWF Indonesia tersebut.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Presiden Prabowo Subianto (kelima kiri) didampingi Wapres Gibran Rakabuming Raka (ketiga kiri) bersama Presiden ketujuh Joko Widodo (keempat kanan), Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (keempat kiri), Wapres ke-13 Maruf Amin (kedua kanan), Wapres ke-12 Jusuf Kalla (ketiga kanan), Wapres ke-11 Boediono (kedua kiri), Menteri BUMN Erick Thohir (kiri), serta Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosan Roeslani (kanan) meluncurkan secara simbolis badan pengelola investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2025). Danantara resmi diluncurkan sebagai dana kekayaan Negara atau sovereign wealth fund Indonesia yang akan mengelola aset senilai lebih dari 900 miliar dolar AS, dengan proyeksi dana awal mencapai 20 miliar dolar AS.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Presiden Prabowo Subianto (kelima kiri) didampingi Wapres Gibran Rakabuming Raka (ketiga kiri) bersama Presiden ketujuh Joko Widodo (keempat kanan), Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (keempat kiri), Wapres ke-13 Maruf Amin (kedua kanan), Wapres ke-12 Jusuf Kalla (ketiga kanan), Wapres ke-11 Boediono (kedua kiri), Menteri BUMN Erick Thohir (kiri), serta Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosan Roeslani (kanan) meluncurkan secara simbolis badan pengelola investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (24/2/2025). Danantara resmi diluncurkan sebagai dana kekayaan Negara atau sovereign wealth fund Indonesia yang akan mengelola aset senilai lebih dari 900 miliar dolar AS, dengan proyeksi dana awal mencapai 20 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mengatakan, reaksi pasar terhadap Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) kurang positif. Hal itu dilihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami pelemahan pada hari peluncuran Danantara pada Senin (24/2/2025).

“Ketika pembukaan pasar IHSG, sesuai dengan prediksi, bahwa responsnya tidak cukup baik. Bahwa IHSG sendiri terkontraksi cukup dalam, ada di level 6.700-an. Begitu juga saham-saham Danantara, banyak di antaranya juga terkontraksi di hari pertama pembukaan pasar,” kata Andry dalam Diskusi Publik Indef bertajuk ‘Danantara: Bagaimana dan Untuk Siapa?’ yang digelar secara daring, Senin (24/2/2025).

Baca Juga

Menurut analisis Andry, hal itu menunjukkan bahwa pasar kurang memiliki kepercayaan terhadap terbentuknya sovereign wealth fund (SWF) Indonesia tersebut. Sehingga, itu menjadi tantangan tersendiri bagi Danantara untuk membuat pasar merespons lebih positif.

“Ini jadi salah satu alarm bahwa apakah pasar cukup confidence, tapi kalau dilihat dari responsnya sepertinya tidak begitu confidence dari peluncuran Danantara pada pagi hari ini,” ujarnya.

Dengan adanya dua holding di Danantara, yakni operasional dan investasi, Andry menyebut pasar menunggu atau wait and see mengenai sejauh mana Danantara bisa menjadi katalis bagi ekspansi BUMN-BUMN.

Lebih lanjut, Andry menjelaskan diantara yang disorot oleh pasar adalah struktur organisasi Danantara. Menurutnya, publik bertanya-tanya: ‘Apakah Danantara adalah lembaga baru atau Kementerian BUMN yang hanya berganti baju?’.

Diketahui, Danantara diketuai oleh Rosan Roeslani yang juga merupakan Menteri Investasi dan Hilirisasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Lalu, Holding Investasi diketuai oleh Pandu Sjahrir, sedangkan Holding Operasional dipimpin Donny Oskaria (Wakil Menteri BUMN). Adapun, Menteri BUMN Erick Thohir berlaku sebagai Ketua Dewan Pengawas.

“Orangnya itu-itu lagi, 4L alias lu lagi lu lagi. Kita bisa lihat kemungkinan menteri akan diawasi oleh menteri. Ini menurut saya lucu adalah Direktur Operasional adalah wamen, jadi ini adalah operator merangkap regulator. Jadi kembali lagi, akuntabilitas lembaga ini juga akan dipertanyakan oleh pasar/investor,” jelasnya.

Menurutnya, fungsi pengawasan dan operasional Danantara dinilai akan bias karena berada di kementerian yang sama. Dengan demikian, Andry menyebut, bisa dipastikan intervensi politik akan besar juga dalam pengelolaan aset Danantara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement