Sabtu 08 May 2010 07:29 WIB

80 Juta Masyarakat belum Akrab dengan Perbankan

DENPASAR--Direktur Utama PT Bank Muamalat Indonesia, Arviyan Arifina, menyebutkan, sekitar 80 juta masyarakat di Indonesia belum berhubungan dengan perbankan, karena perbankan masih tersentral pada perkotaan.  "Kita sebagai industri perbankan ingin masuk ke semua tingkatan. Kami harus bisa memanfaatkan jaringan yang ada, seperti jaringan yang dimiliki PT Pos Indonesia (Persero)," kata Arvian di Nusa Dua, Bali, Jumat.

Usai melakukan penandatanganan perjanjian strategi kerja sama PT Bank Muamalat dengan PT Pos Indonesia itu, ia mengatakan, sebenarnya sejak tahun 2003 pihaknya telah melakukan kerja sama dengan PT Pos Indonesia. "Kerja sama ini terbukti sangat efektif. Sekitar 40 persen dana masyarakat bisa diserap oleh Bank Muamalat dengan memanfaatkan jaringan PT Pos Indonesia yang tersebar hingga ke kecamatan di seluruh Indonesia," jelas Arviyan.

Ia mengakui, setelah tujuh tahun melakukan kerja sama dengan Kantor Pos, realisasi pembukaan gerai Muamalat di outlet Kantor Pos dengan "system online payment point"(SOPP) untuk layanan paket perdana rekening Shar-e maupun penyetoran di hampir 4.000 outlet SOPP.  "Total dana yang bisa terserap dengan kerja sama tersebut mencapai Rp1 Trilyun," katanya.

Terkait keberadaan Bank Muamalat di Indonesia, ia menjelaskan, potensi pasarnya di Indonesia sangat besar. Saat ini saja perbankan syariah baru memiliki share sekitar 2,5 persen dari total industri perbankan di Tanah Air.  "Masih ada potensi yang sangat besar bagi perbankan syariah di Indonesia. Lebih dari 90 persen perbankan masih dikuasai oleh perbankan konvensional," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pos Indonesia, Ketut Mardjana menyatakan, kerja sama dengan pihak perbankan terus dilakukan oleh PT Pos Indonesia.  "Kami memiliki sekitar 3.700 kantor di seluruh Indonesia. Untuk itu, berupaya memanfaatkan jaringan yang kita miliki untuk jasa keuangan," kata pria asal Kabupaten Bangli itu.

Ia mengatakan, jasa keuangan merupakan salah satu layanan bisnis PT Pos Indonesia. Tahun 2008 pendapatan jasa keuangan hanya 29 persen. Setahun berikutnya kontribusi dari jasa keuangan mencapai 32 persen.  "Tahun ini kita harapkan kontribusi dari jasa keuangan di atas 35 persen," harap Mardjana.

Dia mengakui sejak setahun lalu, PT Pos Indonesia sudah mulai merasakan untung setelah enam tahun merugi.  "Kita sudah mulai merasakan untung sejak tahun 2009. Sebelumnya kita selalu rugi," ucapnya.

Dikatakan, pihaknya pada tahun 2008 mengalami kerugian sekitar Rp 54 miliar dan tahun 2009 mencapai untung sebesar Rp81 miliar.  "Tahun ini kami menargetkan keuntungan hingga Rp170 miliar, Sehingga kami juga mampu meningkatkan kesejahteraan karyawan maupun berkontribusi kepada negara," katanya.

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement