JAKARTA--Mayoritas baja tulangan beton (BTB) atau jamak dikenal sebagai besi beton yang beredar di pasaran tak memenuhi standardisasi yang ada, walau mencantumkan label Standar Nasional Indonesia (SNI). Pada sebuah uji coba dalam diskusi di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia terlihat, dari empat sampel BTB yang diambil dari pasaran, semuanya tak memenuhi aspek ekonomis kuantitatif.
Rasio berat unit BTB dengan diameter 8-10 milimeter tersebut berkisar 0,31-0,48 kilogram per meter, 11-49 persen lebih rendah dari batas toleransi. Padahal, yang diizinkan SNI hanya boleh kurang lebih 6-7 persen. ''Mayoritas di lapangan, produk BTB yang beredar di pasaran khususnya toko besi dan material tidak memenuhi persyaratan SNI yang benar. Masyarakat di Indonesia pada umumnya lebih concern kepada harga yang lebih murah dan tidak memprioritaskan kualitas dan dampak penggunaan produk tersebut,'' ujar Manajer Perencanaan Produksi dan Kualitas PT Jakarta Cakratunggal Steel Mills, Handy Martinus, di Jakarta, Kamis (6/5).
Selain itu, lanjut Handy, di lapangan pun perbandingan bangunan yang dikonstruksi dengan baik dan menggunakan material ber-SNI terbilang minim dibandingkan seluruh bangunan yang ada. Sedang yang lain belum melalui proses yang semestinya. ''Data dari asosiasi konstruksi menyebutkan, hanya ada belasan persen bangunan di Indonesia yang di-engineering dengan benar. Padahal, dengan ancaman gempa yang belakangan ini menimpa kita, masyarakat harus lebih peduli,'' jelasnya.
Sebagai produsen, Handy mengaku mendapat sejumlah keuntungan dengan menerapkan SNI dengan konsisten. Baginya, seluruh rangkaian proses di dalam pembuatan produk memiliki prosedur yang pasti dan terstandardisasi sehingga ini dapat mencapai efisiensi operasional perusahaan yang baik. ''Selain itu, image terhadap produk juga menjadi baik. Misalnya untuk proyek high risk building, produk kami dipercaya kontraktor karena sudah pasti SNI,'' ucapnya.