REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah berpotensi menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (7/11/2025). Ini seiring koreksi mata uang AS setelah rilis data ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menuturkan laporan Challenger menunjukkan pelemahan di pasar tenaga kerja AS yang mendorong ekspektasi bahwa bank sentral AS atau The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Kondisi itu memberikan ruang bagi rupiah untuk bergerak menguat terhadap dolar AS.
"Namun penguatan diperkirakan terbatas, investor menantikan data Cadangan Devisa Indonesia siang ini," ujar Lukman di Jakarta, Jumat.
Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.650 hingga Rp16.750 per dolar AS sepanjang hari ini.
Kendati ada potensi penguatan, rupiah dinilai masih tertekan oleh sentimen risk-off di pasar keuangan global.
Lukman menjelaskan kekhawatiran investor terhadap kemungkinan terbentuknya bubble pada saham-saham di bidang akal imitasi (AI)
"Rupiah terpantau tertekan oleh sentimen risk-off di pasar equitas global oleh kekuatiran bubble AI," ujarnya.
Adapun rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat melemah 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.705 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya Rp16.701 per dolar AS.