REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuiabi memprediksi harga emas dunia berpotensi menembus angka 4.000 dolar AS per troy ons pada akhir 2025. Hal itu dipengaruhi oleh kondisi terdepresiasinya rupiah, tingginya tensi geopolitik, kebijakan tarif AS, dan ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed.
Tercatat, harga emas dunia pada Selasa (30/9/2025) pagi bergerak di level 3.848 dolar AS per troy ons. Diprediksi, pergerakannya akan segera menyentuh 3.850—3.866 dolar AS per troy ons pada hari ini.
“Di bulan Oktober ini akan ada perubahan, kemungkinan bukan lagi 3.850 tetapi di 3.900 dolar AS per troy ons,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (30/9/2025).
“Kemudian di akhir tahun ada perubahan lagi, kemungkinan harga emas dunia akan menyentuh level di 4.000, sesuai dengan prediksi pemeringkat bank-bank besar dunia. Secara teknikal dan fundamental, logam mulia kemungkinan besar akan menyentuh di akhir tahun (2025) Rp 2,7 juta (per gram),” lanjutnya.
Ibrahim menjelaskan, beberapa faktor yang memengaruhi terus meningkatnya harga emas dunia. Diantaranya, faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diketahui, rupiah saat ini berada di level sekitar Rp 16.600—Rp 16.700 per dolar AS, mengalami depresiasi lebih dari 3 persen secara year to date (ytd).
Kemudian, faktor tensi geopolitik di kawasan Eropa yang hingga saat ini masih terus memanas. Sehingga mendorong para pelaku pasar beralih ke instrumen aman atau safe haven seperti emas.
“Tensi geopolitik di Eropa terus memanas dimana Rusia melakukan penyerangan terhadap lima wilayah strategis Ukraina yang membuat banyak sekali kerugian besar bagi Ukraina,” ujarnya.
Ukraina meminta bantuan kepada AS, membuat situasi di Eropa semakin mendidih. Apalagi Nato sendiri sudah mengultimatum jika pesawat Rusia memasuki wilayah Nato kemungkinan bakal diserang balik.
Di samping itu, Ibrahim mengatakan, Pemerintah Israel dan AS melakukan pertemuan untuk membahas tentang masalah perdamaian di jalur Gaza. Ada 20 item yang akan dibuat untuk gencatan sejata yang sampai saat ini masih ditolak oleh Hamas. “Ini yang membuat perpolitikan di Timur Tengah pun juga ikut memanas karena ada penolakan,” kata dia.
Sentimen lainnya yakni Presiden AS Donald Trump semalam mengumumkan tentang tarif 10 persen untuk kayu dan papan kayu impor dan bea masuk 25 persen untuk lemari dapur.
“Kita melihat bahwa tarif ini adalah akan mengguncang ekonomi secara global. Ini yang membuat harga emas kembali mengalami penguatan,” tuturnya.
Di sisi lain, Ibrahim melanjutkan, list data manufaktur di China tercatat mengalami perlambatan akibat perang dagang. Sehingga masyarakat China berlomba-lomba untuk membeli logam mulia sebagai safe haven.
Selain itu, pada Jumat lalu, data inflasi inti AS sesuai dengan ekspektasi yakni 2,9 persen, mengindikasikan bahwa ada kemungkinan pada Oktober 2025 bank sentral AS akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Banyak pula pejabat bank sentral AS pada pekan ini yang memberikan testimoni mengenai penurunan suku bunga, seperti Neel Kashkari dan Lisa Cook.
“Ini pun juga akan memberikan satu testimoni tentang penurunan suku bunga, sehingga membuat harga emas dunia terus kinclong,” kata Ibrahim.
Situasi politik di AS juga dinilai masih menguak, terlihat dari polemik yang terjadi antara Trump dengan Gubernur The Fed Lisa Cook. Pada awal Oktober 2025, hasil gugatan Trump di Jaksa Agung kemungkinan besar menunjukkan Lisa Cook tidak akan benar-benar dipecat dari jabatannya. Sebab, pemecatan yang dilakukan Trump ialah ilegal, yang mana undang-undang AS mengamanatkan bank sentral bersifat independen.
“Sehingga memanaskan situasi perpolitikan di AS. Ini yang sebenarnya membuat harga emas dunia dan logam mulia terus mengalami kenaikan,” tegasnya.