Kamis 11 Sep 2025 17:15 WIB

Dana Pemerintah Bakal Dialirkan ke Perbankan, Rupiah Perkasa

Prabowo Subianto menyetujui rencana penarikan dana mengendap di BI Rp200 triliun.

Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai penguatan nilai tukar rupiah pada Kamis (11/9/2025) dipengaruhi pengumuman pemerintah yang akan memindahkan sekitar Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mempercepat penyaluran kredit.

“Ini memberi sinyal positif pada likuiditas domestik,” ujar Josua, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga

Rupiah pada penutupan perdagangan sore menguat delapan poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.462 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.470 per dolar AS. Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI justru melemah ke level Rp16.468 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.457 per dolar AS.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut Presiden Prabowo Subianto menyetujui rencananya menarik dana mengendap di BI sebesar Rp200 triliun dari total simpanan pemerintah sebesar Rp425 triliun untuk ditempatkan di perbankan.

Dana tersebut, yang berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembayaran Anggaran (SiLPA), diharapkan meningkatkan likuiditas perbankan sehingga kredit ke masyarakat lebih deras mengalir. Purbaya menilai lambatnya penyaluran belanja pemerintah menjadi salah satu faktor utama terhambatnya pertumbuhan ekonomi.

Selain faktor domestik, Josua menyebut penguatan rupiah juga dipengaruhi kondisi eksternal. Pergerakan global masih terbatas karena investor menunggu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), khususnya Consumer Price Index (CPI).

Pada Jumat (12/9/2025), fokus pasar akan tertuju pada data Core CPI AS yang diperkirakan naik 0,3 persen month-to-month. Jika hasilnya sesuai atau lebih rendah dari ekspektasi, peluang pemangkasan suku bunga The Fed tetap terbuka, sehingga dolar AS berpotensi melemah dan memberi ruang penguatan rupiah.

Namun, bila inflasi lebih tinggi dari perkiraan, dolar bisa kembali menguat dan menekan rupiah.

Meninjau sentimen global dan domestik, Josua memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif pada Jumat (12/9/2025). “Bila inflasi AS sesuai perkiraan, rupiah relatif stabil dengan kecenderungan menguat tipis. Namun bila inflasi lebih tinggi, rupiah bisa kembali tertekan,” ujarnya.

Untuk perdagangan besok, rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp16.420–Rp16.500 per dolar AS dengan kecenderungan stabil di tengah kehati-hatian pasar menunggu arah kebijakan The Fed.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement