Kamis 11 Sep 2025 13:41 WIB

Meksiko Siap Naikkan Tarif Masuk Mobil China Sampai 50 Persen, Indonesia Ikut Terdampak

Kuota ekspor mobil Indonesia ke Meksiko dibatasi hanya sekitar 70 ribu unit.

Mobil-mobil baru asal China siap diekspor (ilustrasi).
Foto: REUTERS
Mobil-mobil baru asal China siap diekspor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Meksiko pada Rabu (10/9) mengumumkan akan menaikkan tarif impor mobil dari China serta sejumlah negara Asia lainnya menjadi 50 persen. Langkah ini merupakan bagian dari perombakan besar sistem tarif impor yang menurut pemerintah ditujukan untuk melindungi lapangan kerja.

Menurut Kementerian Ekonomi Meksiko, kebijakan ini mencakup berbagai sektor mulai dari otomotif, baja, mainan, hingga tekstil, dengan nilai impor terdampak mencapai 52 miliar dolar AS (Rp856,674 triliun) atau sekitar 8,6 persen dari total impor Meksiko.

Baca Juga

Menteri Ekonomi Marcelo Ebrard menyebut tarif mobil asal China sebelumnya sebesar 20 persen. “Yang kami lakukan adalah menaikkan ke tingkat maksimum yang diizinkan. Tanpa perlindungan tertentu, hampir mustahil untuk bersaing,” ujarnya, dikutip Reuters.

Negara-negara yang terdampak bukan cuma China. Eksportir lainnya juga akan merasakan, yakni Korea Selatan, India, Rusia, Thailand, Turki, dan juga Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya pernah mengungkapkan kuota ekspor mobil Indonesia ke Meksiko dibatasi hanya sekitar 70 ribu unit. Padahal, Indonesia memiliki kapasitas produksi yang memungkinkan ekspor hingga 400 ribu unit atau lebih.

Untuk itu, pemerintah Indonesia berusaha mendaftar Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). CPTPP adalah perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara di kawasan Pasifik dan sekitarnya yang bertujuan untuk mengurangi hambatan perdagangan dan mendorong kerja sama ekonomi.

Perjanjian ini merupakan kelanjutan dari Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang melibatkan Meksiko sebagai salah satu anggotanya. CPTPP bertujuan untuk menghapus tarif pada sebagian besar barang, menetapkan aturan yang dapat ditegakkan untuk isu-isu perdagangan abad ke-21 seperti perdagangan elektronik, serta mengatasi hambatan non-tarif lainnya.

Tekanan Amerika Serikat

Namun, analis menilai kebijakan tersebut juga sebagai respons terhadap tekanan Amerika Serikat.

Langkah ini diambil saat Amerika Serikat mendorong negara-negara Amerika Latin untuk membatasi hubungan ekonominya dengan China. Defisit perdagangan Meksiko dengan China sendiri telah berlipat ganda dalam satu dekade terakhir hingga mencapai 120 miliar dolar AS (Rp1.976 triliun) pada 2023.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement