REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — JP Morgan Indonesia memproyeksikan nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp16.100 per dolar AS hingga akhir 2025. Proyeksi ini dipengaruhi oleh dinamika industri dan investasi dalam negeri, serta tren pelemahan indeks dolar AS (DXY).
“Target dari kita Rp16.100 akhir tahun. Sekarang di Rp16.300 lebih ya,” kata CEO & Senior Country Officer JP Morgan Indonesia, Gioshia Ralie, dalam konferensi pers Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Pasar Saham Indonesia 2025 di Jakarta Selatan, Kamis (4/9/2025).
Menurut Gioshia, meski kurs Rp16.000-an per dolar AS terbilang lemah, rupiah diyakini bisa lebih stabil jika investasi, baik domestik maupun asing, semakin menggeliat. “Rupiah akan bisa lebih baik kalau investment, baik domestic ataupun foreign bisa berjalan. Itu bisa terjadi kalau prosesnya lebih mudah. Jadi urusannya medium term, tidak short term,” ujarnya.
Ia menekankan dua faktor penting untuk memperkuat iklim investasi, yakni efisiensi waktu dan peningkatan produktivitas. Ia mencontohkan atmosfer investasi di Vietnam yang lebih kompetitif karena produktivitas tinggi serta proses perizinan industri yang lebih cepat.
“Maunya Rp13.000 lagi ya, tapi sepertinya untuk ke sana, industri harus berjalan. Itu PR pemerintah,” tuturnya.
Head of Indonesia Research & Strategy JP Morgan Indonesia, Henry Wibowo, menambahkan tren pergerakan dolar AS juga menjadi faktor penting. “Jika tren pergerakan USD melemah, itu bisa mendorong rupiah untuk penguatannya lebih bagus lagi,” kata Henry.
Menurut analisis JP Morgan, DXY diperkirakan akan melemah dalam 12 bulan ke depan, seiring dinamika kebijakan suku bunga global hingga tensi geopolitik. “Makanya kita forecast-nya akhir tahun ini Rp16.100,” tegasnya.