REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat Pangan sekaligus Koordinator Aliansi Masyarakat Peduli Pertanian Indonesia (AMPPI), Debi Syahputra meminta Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi segera bergerak cepat mengatasi berbagai persoalan harga beras yang kini melambung tinggi. Dia meminta Bapanas jangan menjadi penonton drama kenaikan harga beras dan stok yang kosong di pasar retail.
Menurut Debi, persoalan harga murni urusan distribusi dan pengawasannya, tentu merupakan tanggungjawab Bapanas sebagai lembaga yang dibentuk dalam mengurus kebijakan pangan. Salah satu langkah yang paling penting dilakukan adalah memeriksa secara langsung siapa saja produsen yang menaikkan harga dan menimbun beras.
“Saya kira Bapanas harus bertanggungjawab atas kenaikan harga yang tinggi saat ini. Bapanas adalah lembaga yang mengatur harga, mereka digaji untuk itu. Coba dicek mengapa masih ada produsen yang menaikkan harga,” ujar Debi, Selasa (26/8/2025).
Sebelumnya pada rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyebut bahwa persoalan harga, cadangan pangan hingga Harga Eceran Tertinggi (HET) merupakan tanggungjawab lembaganya. Hal ini mengacu pada peraturan Presiden no 66 tahun 2021.
Debi mengatakan, harga beras yang terjadi saat ini sebaiknya tidak dibiarkan berlarut larut. Sebab, stok dan cadangan hasil produksi dalam negeri dalam kondisi melimpah. Bahkan terbaru, cadangan beras pemerintah (CBP) yang masuk gudang pemerintah mencapai 4,2 juta ton.
“Menurut saya distribusi beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan-red), bantuan dll harus diperkuat. Kemudian segera dilakukan pengecekan ke semua produsen apakah masih ada yang menaikkan harga disaat CBP kita tinggi,” katanya.
Ditambahkan Debi, beras adalah komoditas utama masyarakat Indonesia yang harus tersedia setiap hari. Jangan sampai, beras yang sudah ada ditahan di gudang lalu membusuk dan tidak bisa dimakan.
“Jadi harus segera diselesaikan ya jangan sampai dibiarkan seperti ini terus-terusan. Kasihan masyarakat mereka butuh beras setiap hari,” kata dia.
Debi menilai isu harga beras mahal dan toko retail kosong dijadikan narasi negatif untuk melemahkan capaian produksi pangan pemerintah.
“Presiden sudah sebut kita produksi tertinggi. Mentan juga begitu. Bahkan badan pangan dunia memprediksi hal sama. Lah kok sekarang stok dan harga dimainkan, Bapanas diem saja? Ini keliru besar,” ucap dia.