Senin 28 Jul 2025 18:05 WIB

Rupiah Menguat, Harga Barang Impor Bisa Lebih Terkendali

Hingga 25 Juli, posisi rupiah relatif stabil di kisaran Rp16.315.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo, dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa saat Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2025 di Jakarta, Senin (28/7/2025).
Foto: Dian Fath Risalah
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo, dan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa saat Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2025 di Jakarta, Senin (28/7/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah memastikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tetap stabil bahkan cenderung menguat pada triwulan II 2025. Ini menjadi kabar baik bagi masyarakat, karena harga barang-barang impor, seperti pangan, BBM, hingga bahan baku industri, tidak melonjak tajam.

"Nilai tukar rupiah tetap stabil dan cenderung menguat," kata Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2025, Senin (28/7/2025).

Baca Juga

Ia menjelaskan, sempat ada tekanan pada rupiah di awal kuartal kedua karena ketegangan global. Namun Bank Indonesia langsung bergerak cepat. "Nilai tukar sempat tertekan di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) offshore pada awal kuartal II, namun Bank Indonesia melakukan intervensi berkelanjutan," ungkap Sri Mulyani.

Rupiah sempat melemah hingga Rp16.865 per dolar AS pada April 2025. Namun, kondisi kini membaik. "Pada 30 Juni 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di Rp16.235 per dolar AS, menguat dari level tertinggi Rp16.865 pada April," jelasnya. Hingga 25 Juli, posisi rupiah relatif stabil di kisaran Rp16.315.

Kondisi ini ikut membantu menahan laju kenaikan harga barang, terutama yang terkait bahan bakar, makanan impor, dan obat-obatan. Pemerintah menilai penguatan rupiah ini tidak lepas dari kepercayaan investor global terhadap ekonomi Indonesia.

"Penguatan rupiah ditopang oleh arus modal masuk dan persepsi positif investor terhadap fundamental ekonomi domestik," terang Sri Mulyani.

Ia juga menyebut konversi devisa hasil ekspor, terutama dari sektor sumber daya alam, turut memperkuat posisi rupiah.

Cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2025 juga dalam kondisi sangat kuat, yakni 152,6 miliar dolar AS. "Setara 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah," ujarnya.

Dengan cadangan devisa sebesar itu, pemerintah dan Bank Indonesia memiliki ruang lebih besar untuk menahan gejolak jika sewaktu-waktu nilai tukar rupiah kembali tertekan. Bagi masyarakat, ini berarti harga barang tetap bisa dikendalikan, dan daya beli tetap terjaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement