REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 1,5 triliun melalui BUMN Pangan (ID Food) untuk menyerap gula hasil panen petani. Langkah ini merupakan bagian dari upaya menjaga stabilitas harga sekaligus mendukung kesejahteraan petani.
Amran menjelaskan, dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) bidang pangan, pemerintah menetapkan harga acuan penjualan di tingkat produsen sebesar Rp 14.500 per kilogram. “Tolong jangan dijual di bawah harga standar, itu perintah Presiden dan Wakil Presiden,” kata Amran dalam acara Rembuk Tani bersama Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, di Yogyakarta, Selasa (8/7/2025).
Langkah ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk meningkatkan produktivitas gula dalam negeri, sebagaimana dilakukan terhadap komoditas beras. Pemerintah menargetkan swasembada gula konsumsi pada 2026 dan gula industri pada 2028.
“Ini perintah langsung dari Presiden. Tahun depan kita harus swasembada gula konsumsi. Tahun 2027, maksimal 2028, kita benar-benar harus mandiri. Semua masalah, mulai dari air, pupuk, harga, kemitraan, harus segera diselesaikan,” kata Gibran, dalam keterangan resmi Kementerian Pertanian, dikutip Rabu (9/7/2025).
Wapres juga menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dan kalangan akademisi dalam pengembangan teknologi pertanian, termasuk mekanisasi dan pemanfaatan drone untuk budidaya tebu.
Amran menambahkan, Kementan siap mendukung petani dengan skema jaminan harga, pembiayaan tanpa agunan, serta program bongkar ratun nasional. “Itu harga dasar yang tidak boleh turun. Kami juga ubah skema KUR agar petani bisa akses kredit tanpa akumulasi. Bahkan nanti, kredit bisa dipotong langsung dari hasil tebu di pabrik, tanpa agunan,” ujar Mentan asal Sulawesi Selatan itu.
Produksi tebu akan ditingkatkan melalui program replanting nasional selama tiga tahun berturut-turut, dengan target peremajaan tanaman seluas 500 ribu hektare di seluruh Indonesia.
“Kami pastikan semua ekosistem pendukung siap: benih, pupuk, pompa, teknologi, hingga regulasi. Setelah itu kami kawal langsung di lapangan. Yang tidak produktif, kami evaluasi. Tapi yang serius, pasti kami dukung penuh,” tegas Amran.
Yogyakarta dipilih sebagai simbol sinergi antarwilayah dalam rantai pasok industri gula nasional. Meski memiliki lahan terbatas, daerah ini berperan strategis sebagai wilayah pengolahan yang terhubung dengan sentra tebu di Jawa Tengah dan sekitarnya.