Senin 02 Jun 2025 19:52 WIB

BPS: Neraca Perdagangan Surplus 11,07 Miliar Dolar AS pada Januari–April 2025

Komoditas unggulan seperti CPO dan baja catat pertumbuhan signifikan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat kinerja positif. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat kinerja positif. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat kinerja positif. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan barang Indonesia sepanjang Januari–April 2025 mencatat surplus sebesar 11,07 miliar dolar AS. Angka ini meningkat 0,95 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Kinerja ini ditopang ekspor yang mencapai 87,36 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan impor yang sebesar 76,29 miliar dolar AS,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik (BRS) di Jakarta, Senin (2/6/2025).

Baca Juga

Ia menjelaskan, nilai ekspor selama Januari–April 2025 meningkat 6,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini utamanya didorong sektor industri pengolahan dengan total ekspor sebesar 68,84 miliar dolar AS, tumbuh 16,08 persen secara tahunan.

Beberapa komoditas unggulan mencatat pertumbuhan signifikan, antara lain besi dan baja yang menyumbang 8,81 miliar dolar AS (naik 6,62 persen), serta minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya yang naik 20 persen menjadi 7,05 miliar dolar AS. Namun, ekspor batubara justru turun 19,74 persen menjadi 8,17 miliar dolar AS.

Tiongkok tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas nonmigas Indonesia, dengan nilai 18,87 miliar dolar AS atau 22,86 persen dari total ekspor. Disusul Amerika Serikat (9,38 miliar dolar AS atau 11,36 persen) dan India (5,59 miliar dolar AS atau 6,77 persen). Ekspor ke Tiongkok didominasi besi dan baja, bahan bakar mineral, serta nikel. Sementara itu, ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian dan aksesorisnya.

Dari sisi impor, BPS mencatat nilai impor selama Januari–April 2025 sebesar 76,29 miliar dolar AS, naik 6,27 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Impor nonmigas menyumbang 65,29 miliar dolar AS (naik 9,18 persen), sedangkan impor migas justru turun 8,27 persen menjadi 11 miliar dolar AS.

Impor terbesar berasal dari mesin/peralatan mekanis (10,75 miliar dolar AS), mesin/perlengkapan elektrik (9,35 miliar dolar AS), serta kendaraan dan bagiannya (3,45 miliar dolar AS). Dari sisi penggunaan, impor bahan baku atau penolong naik 5,32 persen menjadi 55,35 miliar dolar AS.

China menjadi negara asal impor nonmigas terbesar dengan nilai 25,77 miliar dolar AS (39,48 persen), disusul Jepang (5,04 miliar dolar AS) dan Thailand (3,13 miliar dolar AS). Mayoritas impor dari China mencakup mesin, peralatan elektrik, dan kendaraan.

Surplus perdagangan nonmigas terbesar disumbang oleh lima komoditas utama, yakni lemak dan minyak hewani/nabati (9,85 miliar dolar AS), bahan bakar mineral (9,16 miliar dolar AS), besi dan baja (5,54 miliar dolar AS), produk nikel (2,59 miliar dolar AS), serta alas kaki (2,05 miliar dolar AS).

Indonesia mencatat surplus perdagangan nonmigas tertinggi dengan Amerika Serikat (6,42 miliar dolar AS), India (4 miliar dolar AS), dan Filipina (2,92 miliar dolar AS). Komoditas penyumbang surplus terbesar ke Amerika Serikat antara lain mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, serta pakaian.

Namun, defisit perdagangan nonmigas juga terjadi, terbesar dengan Tiongkok (6,9 miliar dolar AS), Australia (1,57 miliar dolar AS), dan Hong Kong (486 juta dolar AS). Penyumbang defisit terbesar berasal dari mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan.

Untuk April saja, ekspor Indonesia mencapai 20,74 miliar dolar AS (naik 5,76 persen secara tahunan), sementara impor tercatat sebesar 20,59 miliar dolar AS (naik 21,84 persen).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement