REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nissan Motor Co mengumumkan pada Kamis (29/5/2025) bahwa pihaknya menawarkan pensiun dini kepada para pekerjanya di Amerika Serikat. Langkah itu diambil sebagai bagian dari upaya produsen mobil asal Jepang itu untuk memulihkan kondisi bisnisnya yang tengah terpuruk.
Meski Nissan belum membeberkan jumlah karyawan yang memenuhi syarat, penawaran itu diyakini menyasar pekerja di bagian administrasi dan perakitan.
Sebelumnya pada Rabu, perusahaan itu mengumumkan rencana untuk menghimpun dana sekitar 1 triliun yen (Rp 112 triliun) lewat penerbitan obligasi korporasi dan penjualan aset.
Dana itu akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas menjelang jatuh tempo obligasi besar-besaran, menurut sumber internal di perusahaan tersebut.
Produsen mobil terbesar ketiga di Jepang itu tengah berjuang menghadapi penurunan penjualan di pasar AS dan China.
Sebagai bagian dari langkah restrukturisasi, Nissan mengumumkan pada 13 Mei bahwa mereka akan menutup tujuh pabrik dan memangkas 20.000 pekerja di seluruh dunia.
Nissan mencatat kerugian bersih sebesar 750 miliar yen (lebih dari Rp 84 triliun) pada tahun fiskal 2024, yang berlangsung dari 1 April 2024–31 Maret 2025.
Padahal, pada awal Maret lalu, kerugian tersebut diperkirakan hanya sekitar 80 miliar yen (sekitar Rp 8,97 triliun), menurut NHK.
Karena kondisi keuangan yang semakin parah, Nissan pada Maret mengganti CEO Makoto Uchida dengan Ivan Espinosa, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur perencanaan perusahaan otomotif tersebut.
Espinosa resmi menjabat sebagai Presiden dan CEO Nissan mulai 1 April 2025.