Kamis 15 May 2025 19:17 WIB

Pendiri Anak Usaha Unilever Ditangkap Karena Bela Palestina

Salah satu pendiri Ben & Jerry's ditangkap karena ikut aksi protes pro Gaza.

Ben Cohen (kiri) dan Jerry Greenfield (kanan), Pendiri Ben & Jerry
Foto: EPA
Ben Cohen (kiri) dan Jerry Greenfield (kanan), Pendiri Ben & Jerry

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu pendiri Ben & Jerry's, anak usaha Unilever yang memproduksi es krim, telah ditangkap setelah mengganggu sidang Senat dengan protes pro Gaza. Ben Cohen adalah salah satu dari tujuh orang yang ditangkap di sidang Komite Kesehatan, Pendidikan, Tenaga Kerja, dan Pensiun Senat pada Rabu (14/5/2025).

Mitra Sky News di AS, NBC News melaporkan, Robert F Kennedy Jr sedang berbicara kepada komite ketika protes dimulai dengan seseorang berteriak, "RFK membunuh orang dengan AIDS!"

Polisi dengan cepat membanjiri ruangan dan mulai menyeret keluar para pengunjuk rasa. Beberapa saat kemudian, Cohen berdiri dan menuduh pemerintah AS berperan dalam kematian anak-anak di Gaza.

Pemilik es krim itu terlihat dalam rekaman insiden itu berdiri, memberi isyarat sambil berteriak kepada menteri kesehatan AS.

"Anda membunuh anak-anak miskin di Gaza dan membayarnya dengan memotong Medicaid untuk anak-anak di sini," teriak Cohen.

Ia adalah salah satu pengunjuk rasa terakhir yang diseret keluar ruangan. Namun, bahkan saat ia disingkirkan, ia masih dapat terdengar berteriak.

 

"Kongres dan para senator perlu meredakan pengepungan. Mereka perlu mengizinkan makanan masuk ke Gaza. Mereka perlu mengizinkan makanan untuk anak-anak yang kelaparan," katanya.

Israel telah menewaskan sekitar 53.000 warga Palestina selama perangnya dengan Hamas. Banyak dari mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Kementerian kesehatan Gaza tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam penghitungannya, tetapi mengatakan bahwa lebih dari separuh korban tewas adalah wanita dan anak-anak.

Dikatakan bahwa jumlah korban tewas sebenarnya di Gaza lebih tinggi karena ribuan mayat masih terkubur di bawah reruntuhan atau di daerah yang tidak dapat diakses oleh petugas medis.

sumber : REUTERS
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement