REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Republik Indonesia (RI) Budi Santoso memastikan Indonesia berkomitmen untuk menempuh jalur diplomasi dan negosiasi. Ini sebagai bentuk respons penerapan tarif unilateral Amerika Serikat (AS).
Pemerintah Indonesia memilih pendekatan ini untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Menurut Budi, pemberian tarif balasan akan membuat eskalasi situasi dan hanya akan merugikan masyarakat serta negara-negara yang terlibat. Pernyataan tersebut disampaikan Mendag dalam Pertemuan Khusus Para Menteri Ekonomi ASEAN (Special ASEAN Economic Minister Meeting).
Pertemuan itu dilaksanakan secara daring pada Kamis, (10/4/2025), membahas kebijakan tarif baru AS. Kebijakan tersebut diumumkan Presiden AS pada 2 April 2025 yang kemudian ditangguhkan implementasinya oleh Pemerintah AS pada 9 April 2025. Indonesia tetap berkomitmen penuh untuk menempuh jalur diplomasi dan negosiasi demi mencari solusi terbaik.
"Indonesia juga berkomitmen untuk berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan terkait, termasuk industri dalam negeri, asosiasi perdagangan, pakar ekonomi, dan organisasi perdagangan internasional untuk membangun posisi negosiasi yang komprehensif dan terpadu,” kata Budi, dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Jumat (11/4/2025).
Mendag turut memberikan masukan terkait sikap yang dapat diambil ASEAN sebagai satu kawasan yang solid. Menurutnya, ASEAN harus merespons ancaman dari berbagai hambatan perdagangan dengan tepat. Untuk itu, Mendag Busan menyarankan agar respons ASEAN berfokus pada upaya membangun kepercayaan diri tiap negara anggota, baik dari sudut pandang domestik maupun sebagai kawasan.
Beberapa upaya yang disampaikan Mendag Busan terkait tarif unilateral AS adalah pertama, menghindari tindakan retaliasi atau proteksionis. Selanjutnya, memperkuat komitmen ASEAN terhadap keterbukaan melalui reformasi nasional dan koordinasi regional. Upaya ketiga, memastikan ASEAN menolak kesepakatan bilateral yang berpotensi mengikis persatuan antarnegara anggota.
Berikutnya, terus mengupayakan kerja sama dengan semua mitra dagang ASEAN, termasuk memaksimalkan implementasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). "Indonesia mendukung hubungan ekonomi ASEAN-AS yang lebih kuat. Hal ini harus dapat kita lakukan dari posisi yang koheren secara regional dan secara strategis otonom."
"Hanya dengan persatuan dan kerja sama yang baik di antara negara ASEAN, suara ASEAN akan didengar dan dipertimbangkan, sebagaimana pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto dalam kunjungan ke Malaysiabbeberapa waktu yang lalu untuk mendukung ASEAN 2025 yang diketuai Malaysia,” ujar Budi.
Pernyataan Bersama
Para Menteri menyampaikan keinginan bersama untuk menjalin dialog yang jujur dan konstruktif dengan AS terkait masalah-masalah perdagangan. Komunikasi dan kolaborasi yang terbuka akan sangat penting untuk memastikan hubungan yang seimbang dan berkelanjutan. Dengan semangat tersebut, ASEAN berkomitmen untuk tidak mengenakan tindakan balasan.
Para Menteri Ekonomi ASEAN juga berkomitmen untuk menjaga kepentingan ekonomi ASEAN serta hubungan dagang yang kuat dan saling menguntungkan dengan AS. Secara khusus, ASEAN menegaskan kembali kesiapan untuk bekerja sama dengan AS di bawah ASEAN-US Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) dan Rencana Kerja Expanded Economic Engagement (E3) untuk mengeksplorasi solusi yang dapat diterima bersama pada isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.
ASEAN juga menegaskan kembali dukungannya terhadap sistem perdagangan multilateral yang memberi kepastian, transparan, bebas, adil, inklusif, berkelanjutan, dan berbasis aturan (rule-based) dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai intinya. Kemudian, ASEAN akan tetap teguh memperdalam integrasi ekonomi regional, sehingga dapat menangkap berbagai peluang di tengah ketidakpastian.
ASEAN akan terus berkomitmen melanjutkan inisiatif-inisiatif penting seperti upgrading ASEAN Trade-In-Goods Agreement (ATIGA) dan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA). Pada 2024, total perdagangan ASEAN dengan AS tercatat sebesar 305,98 miliar dolar AS. Nilai ini, menjadikan AS sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi ASEAN. Produk ekspor utama ASEAN ke AS di antaranya sirkuit terpadu elektronik, perangkat telepon, mesin pengolah data otomatis dan unitnya, pembaca magnetik atau optik, alat semikonduktor, serta ban pneumatik baru dari karet.
Sedangkan produk impor utama ASEAN dari AS di antaranya turbojet, turbopropeller dan turbin gas lainnya, minyak bumi, sirkuit terpadu elektronik, perangkat pesawat dan pesawat luar angkasa, mesin pengolah data otomatis, serta pembaca magnetik atau optik.