REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perang dagang antara Washington dan Beijing kian memanas. Pada Kamis (10/4/2025), seorang diplomat China menyatakan bahwa rekan senegaranya "tidak akan mundur," dengan membagikan video Mao Zedong yang mengecam Amerika Serikat untuk menggarisbawahi maksudnya.
China, ekonomi terbesar kedua di dunia dan salah satu mitra dagang terbesar AS, telah membalas tarif demi tarif yang ditetapkan Presiden Donald Trump dalam beberapa hari terakhir. Pungutan terbarunya atas barang-barang AS mulai berlaku pada Kamis, dengan total 84 persen.
Ketika negara-negara lain berebut untuk menawarkan konsesi kepada Trump sebagai imbalan atas pengurangan tarif, pendekatan China yang lebih agresif telah menarik kemarahan presiden AS. Pada hari Rabu, dengan alasan "kurangnya rasa hormat" China terhadap pasar global, Trump menaikkan tarif AS atas barang-barang China menjadi 125 persen, bahkan Gedung Putih pada Kamis mengkonfirmasi tarif total yang diberlakukan AS untuk China adalah 145 persen.
China menanggapi dengan menyatakan meskipun tidak ingin berperang dagang, mereka juga tidak akan mundur jika terjadi perang dagang. "Kami orang China. Kami tidak takut dengan provokasi. Kami tidak akan mundur," kata Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, pada hari Kamis dalam sebuah unggahan di X, dikutip dari laman NBC News.
Unggahan tersebut juga menyertakan rekaman arsip Mao Zedong, pendiri Republik Rakyat Tiongkok, yang berpidato pada tahun 1953 ketika AS dan China berada di pihak yang berseberangan dalam Perang Korea. "Mengenai berapa lama perang akan berlangsung, saya pikir kita tidak boleh memutuskan itu," kata mantan pemimpin China Mao, yang memimpin negara itu selama lebih dari seperempat abad hingga kematiannya pada tahun 1976.
"Dulu, itu diputuskan oleh Truman. Di masa depan, itu akan diputuskan oleh Eisenhower, atau siapa pun presiden Amerika Serikat. Dengan kata lain, mereka dapat berperang selama yang mereka inginkan, hingga China menang sepenuhnya," lanjut Mao dalam video tersebut, yang diberi teks terjemahan dalam bahasa Mandarin dan Inggris.
Dalam referensi lain yang tampaknya merujuk pada tarif Trump, juru bicara tersebut juga membagikan ilustrasi topi "Make America Great Again", yang dibuat di negara-negara seperti China, Vietnam, dan Bangladesh dengan label "Made in China" dan berada di atas label harga $50 yang dicoret dan diganti dengan $77.
— Mao Ning 毛宁 (@SpoxCHN_MaoNing) April 10, 2025
Sebuah tagar tentang unggahan Mao Zedong menjadi tren pada Kamis di Weibo, platform media sosial populer China.
"Kita tidak boleh berpegang pada ilusi bahwa Amerika akan bersikap lunak terhadap China," tulis seorang pengguna. "Biarkan Trump yang memutuskan, selama apa pun mereka ingin bertarung, kita akan bertarung."
Kementerian Perdagangan China tidak mengatakan apakah akan menaikkan tarif lebih lanjut atas barang-barang AS sebagai tanggapan atas kenaikan terbaru Trump. "Pintu untuk perundingan selalu terbuka," kata seorang juru bicara pada Kamis. "Tetapi dialog apa pun harus didasarkan pada rasa saling menghormati dan dilakukan dengan kedudukan yang setara."
Yang mendasari komentar tersebut adalah sejarah eksploitasi China oleh negara-negara Barat, yang kenangannya masih membekas bahkan saat China telah memanfaatkan globalisasi untuk menjadi negara perdagangan barang terbesar di dunia.
Seruan publik Trump untuk bernegosiasi sepertinya tidak akan berhasil dengan China, kata Rick Waters, mantan diplomat Departemen Luar Negeri yang sekarang menjadi direktur Carnegie China yang berbasis di Singapura. "Orang China bangga. Mereka memiliki sejarah penghinaan di tangan kekuatan asing. Dan saya pikir taktik semacam itu berperan dalam naluri defensif mereka," katanya.
Kantor Kementerian Luar Negeri di Hong Kong, mengatakan tindakan Trump tidak akan membuat "Amerika hebat lagi", tindakan itu hanya akan mengubah AS menjadi "barbar abad ke-21".
"Mereka yang mencoba menekan dunia dengan tarif dan mengharapkan negara lain untuk mengakui kekalahan, tidak usah berharap mendapat telepon dari China," katanya.
Waters mengatakan meskipun menurutnya Trump "sungguh-sungguh ingin menjajaki semacam kesepakatan dengan China," kesepakatan semacam itu mungkin masih jauh. "Saya pikir sampai kedua pihak merasa harus berunding, mereka akan membiarkan pihak lain bergejolak," katanya.
View this post on Instagram