REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi mengatakan, tahun ini Jateng diberi target produksi padi sebesar 11,8 juta ton oleh pemerintah pusat. Meski angka produksi padi di Jateng terus mengalami penurunan selama empat tahun terakhir, Luthfi optimistis target tersebut dapat dipenuhi, bahkan dilampaui.
"Jawa Tengah diberikan target 11,8 juta ton. Terhitung bulan Januari-April ini, kita sudah mampu mengelola penanaman padi di wilayah Jawa Tengah seluas 716 ribu hektare, dengan hasil panen 4,09 juta ton. Dari target 11,8 juta ton, apabila kita hitung, maka Jawa Tengah mampu melampaui," kata Luthfi saat menghadiri acara panen raya di Desa Ngombakan, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Senin, (7/4/2025) lalu.
Luthfi mengungkapkan, pada 2024, luas panen padi di Jateng mencapai 1,5 juta hektare dengan produksi mencapai 8,8 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). "Artinya ini 16 persen Jateng bisa menyumbang terkait dengan swasembada pangan nomor dua setelah Jawa Timur," ujarnya.
Khusus di Kabupaten Sukoharjo, luas tanam padi pada 2024 mencapai 42.441 hektare, dengan produksi sebanyak 319.661 ton GKG. Jumlah itu menyumbang 3,60 persen dari total produksi padi Jateng tahun lalu. Potensi luas panen padi Kabupaten Sukoharjo pada 2025 diperkirakan mencapai 60 ribuan hektare. Pada Januari-April 2025, potensi luas panen padi Sukoharjo seluas 17.056 hektare dengan prediksi produksi sebanyak 109.571 ton GKG.
Luthfi mengatakan, dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah, Provinsi Jateng diproyeksikan menjadi penumpu pangan dan industri nasional. Namun dia mengakui, terdapat sejumlah tantangan untuk mewujudkan hal tersebut. Mulai dari alih fungsi lahan pertanian, perubahan iklim, organisme pengganggu tanaman, gejolak harga pangan, hingga harga beli hasil petani.
Menurut Luthfi, pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk memitigasi tantangan tersebut. Misalnya dengan menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 6.500 per kilogram.
Bulan lalu Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas menyoroti alih fungsi lahan pertanian yang terjadi cukup masif di Pulau Jawa, terutama di Jateng. Menurutnya, alih fungsi itu bahkan terjadi pada Lahan Sawah Dilindungi (LSD).
"Alih fungsi lahan (pertanian) memang di Jawa ini besar-besaran terjadi, terutama Jawa Tengah. Jawa Tengah itu ada Kendal, Batang, kawasan ekonomi khusus. Wah luar biasa," kata Zulhas ketika memimpin rapat koordinasi (rakor) ketersediaan dan harga bahan pokok di Kantor Gubernur Jateng, Semarang, 20 Maret 2025 lalu.
Dia mengaku cukup prihatin dengan kondisi tersebut. Padahal sawah terbaik adalah di Pulau Jawa. "Di Merauke susah (pertanian sawah), Kalimantan susah, Kalimantan Timur susah. Jawa nomor satu. Jadi kalau itu dialihfungsikan, waduh kita rugi semua," ujar Zulhas.
Dalam rapat tersebut, Zulhas meminta para bupati/wali kota di Jateng agar memperhatikan isu tersebut dan mengantisipasi berlanjutnya alih fungsi lahan pertanian. "Tadi saya lewat di situ sawah-sawah jadi perumahan Pak banyak. Itu kan pasti dikasih izin dari bupati," ucapnya.
Diwawancara media seusai memimpin rakor, Zulhas mengungkapkan, alih fungsi lahan pertanian, khususnya di Jawa, turut terjadi pada Lahan Sawah Dilindungi atau LSD. "Sebenarnya Lahan Sawah Dilindungi itu sudah tidak boleh berubah," ujarnya.
Menurut Zulhas, alih fungsi lahan pertanian juga terjadi di luar Jawa. Namun skalanya tak sebesar di Jawa, terutama Jateng. Dia menjelaskan saat ini pemerintah tengah menyusun peraturan untuk memperkuat LSD menjadi Lahan Pertanian dan Pangan Berkelanjutan (LP2B). "Kalau sudah itu, tidak boleh lagi," kata Zulhas.
Selama empat tahun terakhir, hasil produksi padi dan beras di Jateng konsisten mengalami penurunan. Jateng diketahui merupakan salah satu provinsi penyumbang produksi padi terbesar nasional.
Mengutip data yang diunggah Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng di situs webnya, angka produksi padi di Jateng dari 2021 hingga 2024 secara berturut-turut adalah 9.618.657 ton, 9.356.445 ton, 9.084.108 ton, dan 8.891.297 ton. Sementara angka produksi beras di Jateng dengan rentang periode yang sama yakni 5.531.297 ton (2021), 5.380.510 ton (2022), 5.223.899 ton (2023), dan 5.113.022 ton (2024).