Selasa 18 Mar 2025 22:30 WIB

IHSG Anjlok, Pemerintah Diminta Cermat Membuat Kebijakan Ekonomi

IHSG berakhir di level 6.223,39 setelah melemah 3,84 persen pada akhir perdagangan.

Pekerja melintas didekat layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/2/2025).Pada penutupan perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, turun 214,85 poin (3,31 persen) pada level 6.270,60.
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja melintas didekat layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (28/2/2025).Pada penutupan perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, turun 214,85 poin (3,31 persen) pada level 6.270,60.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan pada Selasa (18/3/2025) pagi mengalami penurunan cukup tajam, yaitu lebih dari lima persen. Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menilai, Pemerintah saat ini perlu lebih berhati-hati dalam merancang maupun menerapkan kebijakan ekonomi.

Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menerapkan penghentian sementara perdagangan atau trading halt setelah IHSG tercatat turun lebih dari 5 persen dalam sesi perdagangan Selasa pagi.

Baca Juga

Pada penutupan perdagangan sore, IHSG berakhir di level 6.223,39 setelah melemah 3,84 persen, sementara indeks LQ45 turun 2,79 persen ke posisi 709,01.

“Kami menilai bahwa Pemerintah harus berhati-hati dalam menentukan kebijakan di bidang ekonomi, termasuk dalam merubah tim ekonomi yang selama ini mendapat kepercayaan pasar yang sangat tinggi,” kata Rully di Jakarta, Selasa.

Menurut Rully, anjloknya IHSG Selasa ini dipicu oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik yang menekan kepercayaan investor terhadap pasar saham Indonesia.

Faktor pertama, dirinya menyoroti bahwa pasar saham Indonesia masih mengalami arus keluar atau foreign outflow yang cukup besar, menambah tekanan pada IHSG.

“Untuk beberapa hari ini tidak hanya saham unggulan, tapi saham-saham yang tergolong spekulatif juga mengalami penurunan signifikan, seperti DCII, TPIA, dan BREN. Saham unggulan hari ini juga terkena aksi jual seperti BBRI dan BBCA. Saat ini memang optimisme pasar tergolong sangat rendah akan prospek ekonomi Indonesia tahun ini,” jelasnya.

Faktor kedua, kebijakan ekonomi yang memicu kekhawatiran. Rully menuturkan, beberapa kebijakan pemerintah turut memperburuk sentimen pasar.

“Ditambah lagi berbagai kebijakan justru menimbulkan kecemasan, seperti pemangkasan anggaran, pembentukan Danantara, pembentukan Koperasi Merah Putih yang akan melibatkan bank-bank BUMN, dan beberapa kebijakan lainnya,” tuturnya.

Perkembangan terbaru yang memperbesar kekhawatiran pasar yakni adanya isu yang santer terdengar soal pengunduran diri Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati.

Hal ini berpotensi mengguncang kepercayaan investor, mengingat perannya yang selama ini mendapat kepercayaan tinggi dalam menjaga stabilitas fiskal.

Faktor lain yang turut berdampak pada perdagangan bursa hari ini adalah pengaruh tarif dagang AS dan keputusan bank sentral AS (The Fed).

Di sisi global, kebijakan tarif dagang AS terhadap mitra dagangnya turut memberikan tekanan, meski bukan faktor utama. Sebab, beberapa bursa regional justru menguat, menunjukkan bahwa pelemahan IHSG lebih dipengaruhi oleh faktor domestik.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement